
Contoh nyata adalah seseorang yang pernah mengalami kecelakaan, mungkin ada sebagian yang menyatakan tidak akan pernah membawa kendaraan bermotor lagi dalam hidupnya. Atau orang yang pernah jatuh dari tempat yang tinggi, setelah selamat bersumpah tidak akan berada di tempat-tempat yang tinggi lagi dalam hidupnya. Atau orang yang pernah disakiti oleh temannya, maka selamanya menganggap temannya adalah orang yang buruk dan tidak pernah akan memaafkannya. Jika ini yang terjadi, maka berarti pikiran telah dikalahkan oleh perasaan takut yang berlebihan.
Antara pikiran dan perasaan harulah seimbang. Jika pikiran yang terlalu berlebihan, maka akan cenderung menjadi orang yang kaku dan tidak menyenangkan. Namun jika perasaan yang digunakan terlalu berlebihan, maka akan cenderung buta dan menutup mata terhadap kenyataan yang ada.
Ketika kita pernah mengalami sebuah peristiwa yang buruk di dalam hidup kita, lalu kita selamat dari peristiwa tsb, maka seharusnya kita berinstrospeksi dengan menggunakan akal sehat. Apa yang menyebabkan peristiwa tsb. terjadi, kesalahan-kesalahan apa yang pernah kita perbuat? Kemudian bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Setelah itu jika suatu keadaan yang sama terjadi kembali kita sudah siap dan yakin dan berani menghadapinya. Jika tiba-tiba perasaan takut itu kembali datang, sedangkan segala persiapan sudah matang, segala kesalahan dan kemungkinan kegagalan sudah diperhitungkan. Maka, katakan pada diri sendiri, pergilah kau rasa takut, aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk ini. Dan kau datang hanya untuk mengganggu aku, tidak ada alasan untuk kehadiranmu. Jika rasa takut tidak juga hilang, maka tetap lakukan saja apa yang sudah direncanakan. Abaikan rasa takut itu dan tunjukkan rasa berani. Kalaupun tindakan yang telah kita lakukan tidak menghilangkan rasa takut, maka sebenarnya kita sudah mengalahkannya dengan tindakan. Dan tindakan positip yang terus-menerus akan mengikis habis rasa takut tersebut.