Saturday, July 17, 2010

Pelajaran Berharga

Ada kalanya suatu ilmu pelajaran baru akan kita rasakan manfaatnya atau kebenarannya beberapa tahun atau beberapa puluh tahun kemudian. Dan inilah yang baru penulis alami, suatu hal yang sepele namun cukup berharga.


Penulis sudah 2 kali mengalami hal yang tidak menyenangkan sebagai konsumen yang membeli barang elektronik. Sekitar 2 tahun yang lalu membeli sebuah laptop 14 inch. Tampilannya cukup menarik, fasilitas juga lengkap, harga juga cukup terjangkau. Selama 2 tahun itu juga laptop tsb. senantiasa menemani pekerjaan sehari-hari, termasuk menulis di blog yang sering saya lakukan. Tetapi hal yang mengecewakan itu terjadi begitu saja, laptop tsb. tiba-tiba di pagi hari tidak bisa dinyalakan, layar blank. Penulis cukup panik juga, karena data-data penting pekerjaan, foto-foto keluarga yang belum tercetak juga ada di dalamnya. Singkat cerita laptop tsb. diservice, dan menelan biaya Rp. 800.000 rupiah. Tetapi tidak tahan lama, sebulan kemudian terjadi lagi hal yang sama. Benar-benar mengesalkan. Untungnya harddisk masih cukup baik dan data dapat penulis amankan dengan memindahkannya ke harddisk komputer. Saya tidak mau ambil pusing lagi, laptop tsb. kini saya titipkan ke teman untuk dijual komponennya saja, mungkin LCD, Harddisk dan memori bisa dijual ke orang yang membutuhkannya. Daripada hanya teronggok di kamar tanpa manfaat sama sekali. Tetapi yang jelas saya sudah cukup banyak kehilangan waktu, tenaga, materi, pikiran untuk mengurusnya. Akhirnya saya membeli lagi sebuah netbook yang agak mahal sedikit, tidak mengapa tetapi puas, karena berkualitas.

Produk yang berikutnya adalah Handphone. Begitu maraknya berbagai merk Handphone kali ini. Terutama merk-merk dari Cina yang begitu membanjir di pasaran Indonesia. Kita sebagai konsumen memang harus teliti betul mengenai masalah kualitas ini, daripada menyesal kemudian. Namun lagi-lagi penulis mengalami hal yang sama. Karena tergiur Handphone yang cukup murah namun dengan fasilitas yang cukup lengkap, penulis membelinya. Walaupun sebenarnya saya sudah mempertimbangkan dari pengalaman-pengalaman beberapa teman yang sudah menggunakan produk tsb. Singkat kata beberapa kali handphone tsb. mengalami Hang, tombol juga mulai mengalami masalah. Akhirnya penulis jual kembali sebelum bertambah parah, dengan menjelaskan keluhan tsb. kepada counter.

Cukup sudah 2 pengalaman di atas untuk menjadi pelajaran. Saya tidak ingin mengalaminya lagi.


Di kelas 4 SD dahulu kira-kira 18 tahun yang lalu, penulis masih ingat betul ibu guru SD pernah mengatakan bahwa sebaiknya kita membeli barang itu yang mahal sedikit tidak mengapa, justru lebih hemat daripada membeli barang murah. Alasannya, bahwa barang yang mahal kualitasnya lebih bagus daripada barang yang murah. Sehingga jika kita membeli barang yang mahal, maka barang tersebut akan awet terpakai untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan jika membeli barang yang murah, maka justru merupakan pemborosan, karena tidak beberapa lama barang tersebut akan rusak. Kita akan mengeluarkan dana lagi untuk memperbaikinya berkali-kali bahkan mungkin harus membuangnya begitu saja jika kerusakannya parah, atau jika biaya servisnya mendekati harga baru, akhirnya kita memutuskan untuk membeli lagi barang yang baru. Sehingga banyak sekali kerugiannya, secara materi, waktu, tenaga dan pikiran kita tersedot mengurus barang tsb. Sebuah nasehat yang cukup berharga dari ibu guru, namun saya lupa dan mengabaikannya. Terima kasih ibu guru, semoga ke depan saya bisa mengamalkan nasehat ibu.

Kata kunci utama sebenarnya adalah kualitas, carilah barang yang berkualitas. Kita kesampingkan dulu masalah harga. Setelah kualitas, baru harga kita bandingkan, cari yang termurah di antara yang berkualitas. Namun biasanya, harga itu mengikuti kualitas, walaupun tidak semua yang mahal itu berkualitas, dan tidak semua yang murah itu murahan.

Semoga bermanfaat.