Monday, November 14, 2011

Hidup Seperti Bermain Video Games

Hidup ini sebenarnya mirip seperti bermain video games. Ada level atau tingkatan-tingkatan petualangan yang harus dilalui. Setiap berhasil menyelesaikan sebuah level, kita akan masuk ke level berikutnya yang tentunya menghadapi lawan dan medan yang lebih berat. Dalam setiap level terkadang kita dipaksa untuk berpikir memecahkan sebuah misteri. Jika misteri itu tidak diselesaikan kita akan selalu mengulang level yang sama. Orang yang menyukai permainan video games, tidak akan bosan untuk mencoba dan mencoba lagi hingga pada akhirnya berhasil melalui sebuah level permainan.

Dia tidak merasa beban dalam menyelesaikan setiap level karena ia menyukainya. Dan sebuah kebahagiaan atau kesenangan tersendiri ketika berhasil menuntaskan sebuah misteri dan masuk ke level berikutnya. Kalau seseorang menyerah tentunya ia hanya akan berada di level yang sama terus-menerus.Begitu juga dalam kehidupan ini. Kita senantiasa diberikan masalah-masalah, tantangan dan rintangan yang harus dilalui. Jika kita menyerah dan malas untuk menuntaskannya, kita tidak akan pernah dapat beranjak ke tingkatan hidup yang lebih baik. Karena Allah tidak akan membebankan kepada kita sesuatu yang kita tidak mampu menghadapinya kan?

Hidup adalah untuk menyelesaikan tantangan, dan setiap menyelesaikan suatu tantangan akan senantiasa muncul tantangan-tantangan baru. Tantangan itu baru akan berhenti ketika manusia pindah alam. Di alam sana nanti manusia tinggal menghitung score dari games hidup yang dimainkan.

Jadi ketika ada orang mengeluh hidup saya penuh masalah. Sebenarnya bukan masalah itu sendiri yang jadi masalah. Tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana sikap seseorang dalam menghadapi masalah.

Thursday, October 27, 2011

Pembelajar Sejati

Apa yang dirasakan ketika kita terus belajar dan berlatih? Apakah kita menjadi merasa cukup pintar dan semakin hebat, atau justru semakin merasa kurang dan kecil karena begitu banyak hal yang belum terjelajahi. Jika hal kedua yang dirasakan, maka itu adalah pertanda baik sebagai seorang pembelajar. Pembelajar sejati senantiasa merasa kurang dan kurang.

Ilmu pengetahuan memang sangat luas, bahkan terlalu luas untuk dapat didokumentasikan. Satu bidang ilmu akan senantiasa melahirkan cabang-cabang ilmu yang setiap cabangnya akan melahirkan cabang-cabang lagi yang banyak. Maka tidak pantas bagi seorang pembelajar untuk bersikap sombong. Karena tidak ada seorangpun yang mampu menguasai seluruh bidang ilmu. Tetapi setiap orang pasti ahli dalam bidang tertentu jika ia menekuninya.

Mengapa semakin kita belajar semakin merasa kecil? Ya, karena semakin seseorang mengetahui sesuatu, maka semakin tahulah ia ketidaktahuannya yang banyak. Sebaliknya seseorang yang merasa cukup pintar, justru akan malas belajar, dan mungkin ia merasa sombong karena ia tidak tahu bahwa sebenarnya banyak yang ia tidak ketahui.

Dalam ilmu padi, semakin berisi maka akan semakin merunduk. Artinya semakin seseorang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, semakin rendah hati. Sedangkan dalam pepatah yang berbunyi, “Tong kosong nyaring bunyinya”. Kebanyakan orang yang tidak mengetahui apa-apa justru banyak berbicara dan membual.

Mari kita instrospeksi diri sendiri, tipe orang seperti apakah kita?

Wednesday, October 26, 2011

BELAJAR

Mendengar kata belajar, apa yang terbayang dalam benak pikiran kita? Buku, ujian, nilai, tugas, rapot? Atau kita membayangkan seorang anak sekolah yang sedang duduk rajin membaca buku, mengerjakan latihan soal. Ia melakukan itu semua untuk persiapan ujian agar mendapatkan nilai yang bagus. Mungkin apa yang dibayangkan oleh sebagian besar orang adalah sama. Mereka menganggap belajar adalah apa yang terbatas pada hal-hal tsb. Padahal sebenarnya belajar memiliki makna yang luas, tidak hanya terbatas pada kegiatan membaca, bayangan tentang anak sekolah yang sedang membaca buku hanyalah sebagian kecil dari kegiatan belajar yang sesungguhnya.

Belajar adalah sebuah aktivitas yang terus berlangsung sepanjang hidup manusia. Sejak manusia lahir, hingga dewasa dan tua.

Belajar hendaknya dipahami sebagai sebuah kebutuhan, bukan kewajiban. Jika belajar merupakan sebuah kebutuhan, maka tanpa perlu dipaksa atau diperintah seseorang akan belajar dengan sendirinya setiap hari. Karena ia menyukai kegiatan tersebut.

Belajar harus dipahami secara luas. Ia tidak hanya merupakan proses yang terjadi di dalam kelas atau sekolah formal. Belajar bukan hanya dengan membaca buku, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan, mengerjakan PR, menerima nilai dan rapot. Jika hanya sebatas itu, alangkah sempit ruang lingkup belajar. Belajar juga bukan dalam arti akademik saja yang hanya mementingkan aspek kognitif. Belajar juga perlu memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik seperti dalam teori belajar taksonomi Bloom. Kognitif adalah proses yang terkait dengan aspek-aspek intelektual atau berpikir nalar. Sedangkan afektif adalah proses yang terkait dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan, minat, sikap dan kepatuhan kepada aturan/moral. Psikomotorik adalah proses yang terkait dengan aspek-aspek keterampilan, syaraf, otot dan gerak. Jika ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik terpenuhi dalam proses belajar, maka akan terbentuk hasil belajar yang utuh.

Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apapun, misal di rumah, di keluarga, atau di masyarakat. Beberapa contoh kondisi belajar misalnya ketika ada seseorang yang mengganggu, lalu kita berusaha agar tidak terpancing emosi, itu merupakan proses belajar mengendalikan diri. Seorang anak yang membantu ibunya berjualan di warung atau toko dengan melayani pembeli adalah belajar berwirausaha. Ketika kita mencoba untuk disiplin shalat lima waktu, itu adalah belajar menghargai waktu. Ketika seseorang membantu menunjukkan jalan menuju suatu tempat kepada orang yang bertanya di jalan, itu juga merupakan belajar menolong orang lain.

Penulis pernah mendengar seseorang yang mengatakan bahwa saya sudah terlalu tua untuk belajar dan memiliki cita-cita. Ia berpikir percuma saja saya belajar, karena tidak akan bermanfaat. Berpikir seperti ini menurut penulis adalah kurang tepat. Karena belajar adalah sebuah proses yang berlangsung sepanjang hayat. Kolonel Sanders, seorang yang sukses sebagai pemilik bisnis waralaba KFC (Kentucky Fried Chicken) ternyata memulai usahanya ketika berusia 66 tahun. Dia menawarkan resep masakannya ke lebih dari 1000 restoran di negaranya.

Belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku hingga menjadi permanen atau tetap. Misalkan seseorang yang belajar memasak, maka setelah ia berhasil membuat berbagai jenis masakan artinya ia memiliki perilaku yang baru sebagai ahli memasak. Seseorang yang belajar untuk menabung secara konsisten, maka ia memiliki perilaku yang tetap sebagai seorang penabung. Sesorang yang mempelajari bahasa tertentu, maka jika tekun, ia akan memiliki perilaku yang baru sebagai orang yang menguasai bahasa tertentu yang dipelajarinya.

Oleh karena itu mari kita terus belajar, temukan potensi diri, pelajari hal-hal baru sesuai bidang yang kita tekuni, sehingga hidup akan selalu penuh warna, tantangan dan perubahan.

Sunday, October 23, 2011

PEMIMPIN ADALAH PELAYAN RAKYAT

Rakyat Banten baru saja mengikuti kegiatan pemilihan Gubernur Banten yang baru. Sabtu tanggal 22 Oktober 2011, mulai pukul 07:00 pagi hingga pukul 13:00 siang hari seluruh TPS di Banten siap melayani para pencoblos. Hari Sabtu pun menjadi hari libur bagi masyarakat Banten untuk mengikuti pesta demokrasi.
Tiga pasang calon yang akan dipilih rakyat adalah Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno dengan nomor urut satu, kemudian pasangan Wahidin Halim - Irna Narulita nomor urut dua dan pasangan nomor urut tiga Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki

Beberapa hari sebelum pencoblosan adalah hari-hari yang sibuk dengan kampanye, sosialisasi program, bahkan hingga acara debat calon gubernur yang ditayangkan secara live oleh salah satu stasiun TV swasta. Melalui acara ini setidaknya rakyat dapat menyimak program-program pembangunan Banten yang disampaikan oleh para calon. Tanpa adanya program acara debat di TV mungkin bagi masyarakat yang sibuk dengan aktivitasnya sehari-hari tidak akan sempat untuk membaca, mengenal atau mengikuti kampanye para calon. Melalui acara debat calon minimal rakyat mengetahui wajah-wajah calon pemimpin Banten dan cara mereka berbicara, penampilan, dsb. sehingga tidak asal pilih nantinya, tetapi benar-benar berdasarkan pilihan pribadi. Terkadang penampilan dan cara berbicara juga menjadi faktor penentu pilihan rakyat. Para calon yang berbicara dengan tenang, jelas, tegas, namun juga santai dan humoris mungkin akan banyak disukai. Walaupun sebenarnya program dan tindakan nyata dan jelaslah yang diperlukan rakyat. Bukan janji-janji yang akhirnya tidak juga ditepati.
Sudah lama masyarakat Banten dan juga tentunya masyarakat Indonesia memimpikan pemimpin yang betul-betul merakyat dan melayani rakyat. Pemimpin yang sadar betul bahwa mereka adalah pelayan, pengabdi untuk kepentingan rakyat. Pemimpin yang sadar bahwa segala tindakannya diawasi tidak hanya oleh rakyat, oleh presiden, oleh menteri, tetapi juga oleh pemimpin dari segala pemimpin, yaitu Allah S.W.T.
Pemimpin sebenarnya adalah pelayan rakyat, artinya seharusnya ia memang bekerja untuk rakyat. Bukan untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Pemimpin harus sejajar dengan rakyat dalam arti harus siap menderita seperti rakyat, bahkan siap miskin, lapar, menderita, susah seperti rakyat. Tetapi yang kita lihat adalah ironis, di saat pemimpin kenyang dengan hasil korupsi, banyak rakyat menderita busung lapar karena untuk mencari sesuap nasi saja susah. Ketika pemimpin memiliki mobil mewah yang sangat mahal untuk bepergian, rakyat masih banyak yang sulit untuk memiliki kendaraan pribadi minimal motor. Ketika pemimpin memiliki rumah mewah, besar dan megah, rakyat untuk kredit tipe rumah sangat sederhana saja sangat sulit.
Pemimpin yang melayani rakyat berarti setiap hari yang dipikirkan adalah rakyatnya. Terus bekerja keras, berusaha, bagaimana agar rakyat saya sejahtera secara adil dan merata di seluruh wilayah yang saya pimpin. Artinya tidak ada kesempatan baginya untuk santai, bersenang-senang, apalagi sampai melakukan korupsi.
Saatnya pemimpin berpikir bahwa jabatannya adalah untuk melayani rakyat. Ini bukan profesi untuk memperkaya diri sendiri, kalau ingin menjadi kaya jadilah pedagang atau pengusaha. Kalau menjadi pemimpin sambil menjadi pengusahapun, berhati-hati memisahkan mana tugas dan mana bisnis. Tidak mudah, karena pada akhirnya akan menjerumuskan juga pada korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sebaiknya para pemimpin merenungkan kata-kata Umar Bin Khatab, pemimpin besar Islam, seorang khalifah. Beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”

Wednesday, August 10, 2011

Hidup Bagai Musafir

Perumpamaan terbaik dalam menjalani kehidupan di dunia adalah kita layaknya seorang musafir. Seseorang yang sedang mengembara jauh, untuk pulang kembali menuju kampung halaman yang sebenarnya. Kampung yang dulu pernah menjadi tempat tinggal dari nenek moyang semua manusia, Nabi Adam dan istrinya Siti Hawa.

Jika hidup bagai seorang musafir, maka apa yang biasanya dilakukan? Ya, seorang musafir memiliki tujuan yang jelas dalam perjalanannya. Seorang musafir memerlukan perbekalan yang cukup untuk sampai pada tujuannya. Seorang musafir tidak berdiam terlalu lama dan terlena pada suatu tempat yang ia lalui. Betapapun tempat tsb. adalah tempat yang sangat indah dan banyak kesenangan. Namun ia meyakini bahwa tujuan perjalanan yang sebenarnya adalah tempat yang jauh lebih indah dan terindah dari segala tempat terindah. Seorang musafir tidak membawa beban terlalu banyak yang dapat menghambat perjalanannya.

Tujuan perjalanan kita adalah akherat, untuk menemui Sang Pencipta. Dan di akherat itu ada dua tempat ekstrim. Yang satu ekstrim penuh kesenangan, yang satu lagi ekstrim penuh kesengsaraan. Tentunya pilihan yang mana kita semua mengetahui.

الحديث الأربعون

عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ. وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. [رواه البخاري]

Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundak saya seraya bersabda: “Hiduplah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara”, Ibnu Umar berkata: “Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu.” (Riwayat Bukhari).

Seorang musafir memerlukan perbekalan yang cukup dan tidak membawa beban yang dapat menghambat perjalanannya. Bekal itu adalah iman dan takwa yang menghasilkan pahala, sedangkan beban itu adalah dosa.

Musafir modern abad ini ketika bepergian tentunya tidaklah membawa begitu banyak barang-barang keperluan hidupnya. Karena akan merepotkan perjalanan dan memakan biaya besar. Cukuplah ia membawa bekal makanan dan minuman secukupnya,pakaian. Dan yang terpenting adalah uang dan ATM (Automatic Teller Machine). Sehingga kapanpun ia membutuhkan suatu makanan, minuman atau barang-barang tertentu, ia dapat membelinya dengan uang. Jika uangnya habis, ia dapat mengambil uang lagi menggunakan ATM yang dibawa. Praktis dan tidak merepotkan.

Seorang musafir yang sedang menuju negeri akherat juga tidak perlu membawa barang-barang dunia, karena itu akan merepotkan. Dan jangan membawa beban-beban yang dapat menghambat, yaitu dosa. Jadikan barang-barang tsb. 'uang' dan simpan dalam bentuk pahala 'ATM'. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menjadikan barang-barang dan jasa yang kita miliki bermanfaat bagi orang banyak. Tidak dinikmati dan dibawa sendiri. Dengan demikian barang-barang dan jasa itu akan berubah menjadi ATM dan uang yang menjadi perbekalan praktis kita di negeri akherat nanti. Tidak menjadi beban. Bahkan uang dan pahala ATM itu akan berkembang dan dilipatgandakan oleh Allah S.W.T. jika kita ikhlas melakukannya.

Barang yang dinikmati sendiri bukanlah milik kita. Tetapi milik kita adalah apa yang bermanfaat bagi orang lain.

Musafir tidak akan terlena dengan keindahan dunia, karena ia mengetahui tujuan yang sebenarnya. Ia hanya numpang lewat di dunia. Hanya tempat persinggahan sementara. Ketika orang-orang berlomba-lomba memperkaya diri sendiri, menikmati semua keindahan dan kemewahan. Seorang musafir juga memperkaya diri, tetapi tidak semua kekayaan itu dinikmatinya, ia mengambil barang-barang keperluan secukupnya saja agar dapat bertahan hidup. Namun selebihnya ia tabung dalam bentuk pahala, dengan cara menshadaqahkan, sehingga dapat dinikmati oleh orang banyak manfaatnya.

Dan tujuan tertinggi sebenarnya bukanlah akherat, atau pahala yang didapat. Melainkan bertemu dengan Sang Maha Pencipta serta mendapat keridhoan-Nya. Itulah kebahagiaan tertinggi yang hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang tetap bertahan dalam keistiqomahan di tengah-tengah kegilaan dunia.


Monday, August 8, 2011

Membuat Rencana atau Mengalir?

Ketika kita ditanya, apa prinsip hidupmu? Mengalir bagaikan air ataukah selalu merencanakan tindakan? Saya pribadi jika hanya diberi pilihan seperti itu tidak bisa menjawabnya, karena kedua hal itu adalah prinsip hidup yang tidak bisa dipisahkan. Justru keduanya saling menguatkan satu sama lain, bukannya saling bertentangan. Jika ditanya demikian, saya akan menjawab hidup saya memiliki perencanaan yang mengalir menuju target.

Membuat perencanaan berarti menyusun jadwal, dalam satu hari apa saja kegiatan yang akan saya lakukan. Bahkan untuk satu minggu, satu bulan dan satu tahun. Sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan selalu terkendali dan terarah menuju target hidup. Akan tetapi dalam perjalanannya, terkadang banyak terjadi hal-hal di luar perencanaan yang telah disusun. Sebagian orang akhirnya memutuskan tidak perlu membuat perencanaan, mengalir sajalah. Karena membuat perencanaan itu hanya mengekang kebebasan dan menjadi kaku terhadap waktu. Akhirnya tidak perlu membuat perencanaan, jadi mengalir saja. Apa yang ingin dikerjakan saat ini ya dikerjakan. Apa yang disukai dikerjakan. Jika hati dalam kondisi bosan dan malas, ya ditinggalkan. Akibatnya arah hidup kita menjadi tidak jelas, karena kita akan mengikuti ke mana arus yang kuat membawa perjalanan hidup.

Sebenarnya idealisme itu diperlukan, dan tidak boleh ditinggalkan. Idealisme bukanlah hanya untuk masa muda, masa belajar. Tetapi hendaknya dipertahankan hingga akhir hayat. Karena ini menyangkut keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin di dunia dan akherat. Idealisme yang dimaksud dalam tulisan ini adalah masalah kedisiplinan waktu. Dalam bahasa mudahnya adalah jadwal. Tetaplah kita harus memiliki jadwal yang ideal dalam keseharian. Sehingga hidup akan teratur dan terarah. Tetapi ketika terjadi hal-hal yang mengharuskan kita keluar dari jalur jadwal yang telah ditetapkan, maka sebaiknyalah kita bersikap fleksible. Menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi, asalkan tindakan kita masih dalam rangka target/tujuan hidup.

Contoh yang ada di alam adalah misalnya adalah kawat yang dialiri listrik. Idealnya adalah energi listrik yang masuk akan sama dengan energi listrik yang keluar. Namun pada kenyataannya akan berkurang. Sebagian menghilang menjadi panas akibat jauhnya perjalanan listrik dalam kawat. Tetapi bukan berarti ini diabaikan. Manusia berusaha meminimalkan energi yang hilang ini dengan berbagai cara. Misalnya memperpendek panjang kawat dan mengecilkan hambatan kawat. Walaupun tetap akan ada energi yang terbuang, namun tidak terlalu berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Karena jumlahnya yang kecil.

Jadi, perencanaan tetap diperlukan sebagai acuan. Walaupun dalam pelaksanaannya tidak 100% sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Tetapi itu lebih baik, daripada tidak membuat rencana sama sekali, sehingga arah hidup menjadi tidak jelas. Namun kelenturan dalam menyikapi jadwal dalam kondisi tertentu diperlukan agar kita tidak menjadi kaku. Karena ketika kita berencana, Allah juga berencana terhadap diri kita.

Kesimpulannya, kita membuat rencana dan mengalir dalam melaksanakannya. Punya pendapat lain? Silahkan isi komentarnya di bawah ini, terima kasih...

Sunday, August 7, 2011

Amal yang Tidak Terputus

Manusia modern abad ini selalu mencari cara untuk membuat suatu sistem yang bekerja secara otomatis dan menghasilkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Sistem yang tetap bekerja dan memberikan kesejahteraan walaupun ia tidak berkecimpung lagi di dalamnya. Ini adalah sistem dalam bidang ekonomi yang sering disebut sebagai passive income.

Passive income adalah penghasilan yang terus mengalir walaupun seseorang sudah tidak bekerja lagi. Ini adalah cara cerdas manusia dalam mengefektifkan dan mengefisienkan waktu. Robert Kiyosaki mengenalkan teori Cashflow Quadrant yang membagi manusia dalam empat quadrant dalam memperoleh penghasilan. Yaitu tipe pegawai, pekerja lepas, pemilik usaha, dan penanam modal. Quadrant keempat adalah yang tertinggi, di mana seseorang tidak perlu bekerja lagi untuk mendapatkan penghasilan, karena sudah terbentuk sebuah sistem yang bekerja 24 jam menghasilkan profit bagi dirinya. Namun teori Cashflow Quadrant ini hanyalah untuk kesejahteraan di dunia.

Ternyata 14 abad yang lalu, jauh sebelum Robert Kiyosaki mempopulerkan teori Cashflow Quadrant, Rasulullah Muhammad SAW telah mengenalkannya, walaupun bukan dalam bidang ekonomi, tetapi jauh lebih luas lagi menembus dimensi alam dunia hingga alam kubur dan akherat. Ini dapat dibaca dalam hadits Hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad:

عَنْ أبِى هُرَيْرَة (ر) أنَّ رَسُول الله .صَ. قَالَ: إذَا مَاتَ الإنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ:

صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, اَووَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُولَهُ (رواه ابو داود)


“Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang mendo’akannya”.

Dalam bidang amal, ternyata terdapat juga teori Cashflow Quadrant ini. Ketika kita berbuat suatu amal kebaikan misalnya, maka kita mendapatkan pahala. Namun ketika kita tidak melakukannya, tentu tidak mendapatkan pahala. Apalagi setelah kita mati, terputuslah kesempatan untuk beramal dan mendapatkan pahala. Hanya tinggal menunggu hisab (perhitungan amal), jika lebih banyak kebaikannya, kita akan beruntung. Jika sebaliknya kita merugi. Tetapi ada cara cerdas agar pahala dari suatu amal tsb. akan terus mengalir walaupun kita sedang tidak melakukannya atau karena sudah meninggal dunia. Yaitu dengan mengajarkan amal tsb. kepada orang lain. Mengajarkan ilmu kepada orang lain, tentunya ilmu yang bermanfaat. Maka, setiap seseorang mengamalkan ilmu yang bermanfaat yang didapatkan dari usaha kita mendidiknya, kitapun akan ikut mendapatkan bagian pahalanya. Bagaimana jika banyak orang yang kita ajarkan, dan bagaimana pula jika setiap orang-orang tsb. mengajarkannya lagi. Tentu pahala akan mengalir deras ke pundi-pundi rekening akherat kita. Mirip seperti profit yang didapatkan seorang pengusaha pemasaran jaringan berjenjang yang sukses. Ilmu yang bermanfaat dapat diabadikan dalam bentuk catatan, tulisan, buku dan lain-lain sehingga itu akan menjadi investasi akherat kita.

Selain ilmu yang bermanfaat, dalam hadits tsb. juga disebutkan anak yang sholeh. Suatu ketika di akherat nanti seorang akan merasa heran dengan derajat tinggi yang diperolehnya dari Allah SWT di surga. Padahal ia merasa tidak pernah melakukan suatu amaliyah yang spesial. Ternyata ketinggian derajat itu disebabkan oleh istighfar sang anak yang soleh dan terus mendoakan orang tuanya. Maka, anak adalah investasi kita juga untuk keselamatan di akherat. Maka, mari kita didik dan bekali ia dengan ilmu, terutama ilmu untuk mengenal Sang Pencipta. Jika kita berhasil dan sukses mendidiknya, dengan mengorbankan harta, waktu, uang dan tenaga, maka bersiaplah menerima ketinggian derajat dari Allah SWT.

Yang berikutnya adalah sedekah jariyah. Yaitu suatu sedekah yang pahalanya akan terus mengalir walaupun si pemberi sedekah telah meninggal dunia. Contohnya adalah, mewakafkan sebuah tanah dan membangun sebuah Masjid, mendirikan sebuah yayasan untuk mendidik anak-anak jalanan, membagi-bagikan Al-qur'an, menanam pohon sehingga orang lain dapat menikmati buahnya atau berteduh di bawahnya, dan lain-lain.

Ummat rasulullah Muhammad SAW memang diberikan usia yang pendek. Mungkin antara 60 tahun, dan jika sudah 90 tahun merupakan usia yang cukup panjang. Tidak seperti ummat-ummat terdahulu yang usianya hingga mencapat ratusan. Tetapi bukan berarti usia yang pendek, maka kesempatan beramal dan memperoleh bekal untuk kehidupan di akherat kita menjadi terbatas. Banyak cara-cara cerdas yang sudah diajarkan oleh Rasul, salah satunya dari hadits tsb. di atas. Belum lagi pada bulan Ramadhan kali ini, Allah melipatgandakan pahala amal menjadi sangat besar, bahkan ada suatu malam yang lebih baik dari 1000 bulan, itulah malam lailatul qadar.

Friday, August 5, 2011

Berpandangan ke Depan

Setiap hari manusia yang masih bernafas pasti melakukan aktivitas. Tidak ada yang diam, karena diam itu sendiri adalah aktivitas. Kecuali seseorang itu telah mati di dunia, walau matipun sebenarnya ruh masih ada dan beraktivitas.

Secara wujud lahiriah kita melihat semua manusia sama saja dalam melakukan suatu aktivitas. Tetapi jika dicermati sebenarnya ada yang berbeda secara batiniah dan pikiran. Apa yang berbeda? Misalkan ada dua orang yang bekerja sebagai buruh tani. Mereka bekerja menanam dan merawat padi di sawah hingga panen. Sebut saja pak A dan pak B. Pak A berpikir bahwa saya bekerja di sawah dan memang pekerjaan saya sebagai petani yang diberi upah oleh majikan. Sehingga saya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan dalam pekerjaan yang sama pak B berpikir bahwa pekerjaan sebagai buruh tani memang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun selain itu juga ia berpikir lebih, yaitu melalui tangan saya, padi ini akan saya rawat, saya beri pupuk, hingga tumbuh subur dan dapat dipanen. Saya kemudian mengolahnya menjadi beras yang siap disalurkan. Sehingga karena pekerjaan saya, banyak orang dapat menikmati nasi yang menjadi makanan pokok. Misalnya seorang anak kecil yang akan berangkat ke sekolah untuk menuntut ilmu, di pagi hari akan makan nasi dari hasil jerih payah saya. Sehingga anak-anak dapat tumbuh sehat, kuat, belajar dan berkembang menjadi manusia yang berguna. Artinya saya ikut andil dalam pembangunan bangsa ini.

Lebih jauh ke depan, tentunya saya akan mendapatkan pahala dan balasan yang melimpah dari Sang Pencipta padi itu sendiri. Dan ini akan menjadi bekal hidup saya di akherat nanti. Pahala yang saya peroleh akan berubah menjadi sebuah istana di surga kelak. Walaupun di dunia rumah saya hanyalah sebuah rumah gubug biasa. Begitu pikir pak B. Terlihat jelas perbedaannya ketika kita menyelami isi hati dan pikiran pak A dan pak B.

Apapun yang kita lakukan, aktivitas sekecil apapun, jika kita berpandangan ke depan akan terasa menyenangkan dan berguna. Sehingga ini bisa menjadi motivasi untuk tidak mudah menyerah akan setiap kegagalan yang dialami. Karena setiap perbuatan baik yang diniatkan untuk ibadah maka ia akan bernilai pahala. Walaupun di dunia misalnya mengalami kegagalan-kegagalan, maka sebenarnya kita sudah memperoleh pahala dari proses yang kita lakukan. Dan pahala artinya adalah bekal untuk di akherat. Jika kita terus berbuat dan belajar dari kegagalan-kegagalan itu, maka kita akan berhasil. Dan akan lebih banyak lagi pahala yang didapat dari keberhasilan yang dinikmati oleh orang banyak.

Ketinggian seseorang di mata Allah tidaklah dinilai dari seberapa banyak harta, seberapa tinggi jabatan, seberapa besar pengaruh dan kekuasaan. Tetapi Allah hanya menilai dari sisi keimanan dan ketakwaannya. Bisa jadi seorang buruh bangunan yang ikhlas dan berpandangan ke depan memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan seorang pejabat negara yang korup. Walaupun di mata masyarakat dunia seorang pejabat negara tsb. memiliki status yang tinggi, dapat mempengaruhi orang banyak, memiliki harta dan kemewahan di mana-mana. Dengan harta dan uangnya ia mampu membeli apapun yang diinginkan. Ia dapat mempengaruhi kebijakan negara melalui undang-undang yang dibuat. Namun jika pejabat tsb. bekerja hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, melakukan korupsi, dan kecurangan-kecurangan lainnya. Maka, di kehidupan berikutnya (akherat), bisa jadi ia adalah seseorang yang paling merugi. Habis semua amal kebaikannya tertutup oleh do'a orang-orang yang teraniaya, habis oleh dosa akibat harta haram yang didapat. Sebaliknya seorang buruh bangunan yang bekerja ikhlas karena Allah, memberikan kemampuan yang terbaik. Melalui keterampilan tangannya ia dapat membuat sebuah bangunan rumah yang kokoh dan nyaman, indah. Sehingga sang pemilik rumah dapat tinggal di dalamnya bersama keluarganya. Di rumah itu sang pemilik dapat beristirahat dari pekerjaannya, berteduh dari panas matahari, dari hujan. Dari rumah itu juga akan lahir anak-anak yang cerdas dan calon pemimpin bangsa. Tentunya akan menjadi amal saleh dan pahala yang tiada terputus bagi sang buruh bangunan ketika ia berpikir ke depan seperti itu. Dan tentunya derajatnya akan jauh lebih tinggi dari sang pejabat yang melakukan korupsi. Dan derajat dalam pandangan Allah, tentunya bukan sekedar gelar, status dan sertifikat. Tetapi derajat itu benar-benar akan mengantarkannya ke kehidupan yang sejahtera secara materi dan spiritual, bahagia di dunia dan akherat yang abadi.

Nah, bagaimana dengan kita? Sebaiknya kita tidak menyepelekan lagi apapun bidang profesi atau pekerjaan yang kita tekuni. Juga tidak menyepelekan aktivitas positip sekecil apapun yang dilakukan. Ketika kita berpandangan ke depan, segala aktivitas positip sekecil apapun akan memiliki arti. Misal, ketika kita membuang sampah pada tempatnya, kita niatkan agar lingkungan menjadi bersih dan indah, orang lain yang melihatpun akan senang, terhindar dari penyakit, akhirnya kita memperoleh pahala sebagai bekal kita. Ketika kita makan, kita membaca basmallah, kemudian menyadari ini adalah rezeki dari Allah. Dengan makan, maka saya menjadi bertenaga kembali, lalu dengannya saya bisa bekerja dan beribadah, maka pahala lagi buat bekal saya. Ketika saya berolahraga, saya niatkan supaya badan selalu sehat dan kuat, tidak mudah terserang penyakit, sehingga saya bisa menghemat pengeluaran saya untuk berobat, dan uang penghematan tsb. bisa lebih saya manfaatkan untuk kepentingan lain yang lebih besar daripada sekedar mengobati penyakit, pahala lagi buat saya. Ketika saya bekerja sebagai cleaning service misalnya, saya harus pulang sore hari, karena harus membersihkan kantor, menyapu, mengepel, mencuci piring-piring dan gelas, padahal saat itu tidak ada seorangpun yang melihat saya. Tetapi jika berpikiran ke depan, walaupun tidak ada seorangpun, saya akan lakukan tugas saya sebaik mungkin. Sehingga esok pagi kantor dalam keadaan bersih, sehingga siap digunakan untuk aktivitas kembali oleh para pegawainya. Pahala buat saya.

Alangkah indahnya jika setiap manusia khususnya di Indonesia sudah berpikir dan bertindak seperti ini. Berpandangan ke depan, tidak hanya sebatas bekerja dan menerima gaji, tetapi jauh ke depan untuk melayani sesama, dan jauh ke depan lagi untuk kepentingan dirinya sendiri di akherat. Saya yakin negara ini akan menjadi negara yang maju dan disegani bangsa-bangsa di dunia.

Kalau sudah berpandangan ke depan, masihkah berpikir bahwa hidup kita tiada arti? Marilah kita baca dan renungkan hadits berikut ini.

Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu." (HR Bukhari dan Muslim)

Nah, setiap kita adalah pemimpin. Dan pemimpin adalah orang yang penting. Artinya kita adalah orang yang penting, tentunya dalam bidang yang kita geluti, sekecil apapun itu.

Kemudian mari kita baca dan renungkan puisi dari Douglas Mallock berikut ini:


Jika kau tak dapat menjadi pohon meranti di puncak bukit
Jadilah semak belukar di lembah,
Jadilah semak belukar yang teranggun di sisi bukit
Kalau bukan rumput, semak belukar pun jadilah
Jika kau tak boleh menjadi rimbun, jadilah rumput
Dan hiasilah jalan di mana-mana
Jika kau tak dapat menjadi ikan mas, jadilah ikan sepat
Tapi jadilah ikan sepat terlincah di dalam paya
Tidak semua dapat menjadi nahkoda, lainnya harus menjadi awak kapal dan penumpang
Pasti ada sesuatu untuk semua.
Karena ada tugas berat, maka ada tugas ringan
Di antaranya dibuat yang lebih berdekatan
Jika kau tak dapat menjadi bulan, jadilah bintang
Jika kau tak dapat menjadi jagung, jadilah kedelai
Bukan dinilai kau kalah ataupun menang
Jadilah dirimu sendiri yang terbaik


Demikian, semoga bermanfaat..

Tuesday, July 26, 2011

Keadaan Mendesak

Apa yang membuat orang termotivasi untuk segera melakukan suatu pekerjaan tertentu? Banyak faktor, dan salah satunya adalah masalah waktu. Lebih spesifik lagi adalah waktu yang sudah mendesak.

Saya memiliki sebuah pengalaman berharga, yaitu saat sedang sibuk-sibuknya mengerjakan Tugas Akhir program Studi Diploma. Di saat waktu sidang TA sudah hitungan hari, saya begitu fokus untuk segera menyelesaikannya. Saat itu saya membuat Tugas Akhir sebuah alat elektronik untuk menghidupkan dan mematikan lampu rumah yang dihubungkan ke komputer melalui Port Paralel Printer. Alat tsb. dikendalikan sebuah bahasa pemrograman, sehingga intinya kita dapat menghidupkan dan mematikan lampu dan peralatan listrik lainnya hanya dengan mengklik program di komputer. Ketika waktu sudah sangat mendesak, kira-kira dua hari menjelang sidang TA, alat tsb. belum juga selesai, baru kira-kira 75% saja. Walaupun secara konsep laporan sudah saya kuasai dan selesai. Akhirnya waktu benar-benar saya manfaatkan secara penuh, pagi, siang, sore dan malam. Sehingga pada waktu itu saya hanya tidur sebentar. Padahal seharusnya alat tsb. sudah selesai, sehingga beberapa hari terakhir seharusnya saya hanya mempersiapkan mental untuk presentasi dan demo alat/program.


Dua hari terakhir itu saya benar-benar bekerja ekstra, penuh dan maksimal. Kamar saya berantakan, penuh dengan kabel, timah, komponen-komponen elektronika, bau asap solder. Sehingga teman yang melihat saya pasti akan menganggap saya orang yang sangat rajin dan bekerja keras. Padahal motivasi saya adalah menyelesaikan alat tsb. agar segera dapat digunakan dalam sidang Tugas Akhir saya. Hingga saya ingat saat itu, jam 12 siang saya masih sibuk membentuk sebuah PCB dengan larutan Fericlorid untuk dihubungkan ke lampu dan menata alat menggunakan gabus bekas peralatan elektronik. Padahal jam dua saya harus sudah maju sidang atau pendadaran kami menyebutnya. Sungguh sebuah contoh yang buruk, karena sesungguhnya kalau saya mau mengerjakan dari awal-awal waktu pasti tidak tergesa-gesa seperti itu.

Tetapi yang ingin saya ceritakan di sini adalah dalam waktu yang cukup mendesak itu saya sangat termotivasi. Saya mengerahkan semua kekuatan dan kemampuan saya. Sehingga pada saatnya harus sidang ternyata saya bisa melakukan presentasi dengan cukup baik, dan alat juga dapat berfungsi dengan baik. Dan yang lebih membuat saya bersyukur dan bahagia, ternyata nilai Tugas Akhir saya adalah A. Sungguh terbayar semua kelelahan saya, padahal alat dikerjakan dalam keadaan yang mendesak. Akhirnya saya berpikir, dalam keadaan mendesak saya dapat memanfaatkan waktu dengan sangat efektif dan efisien. Andaikata setiap hari adalah hari yang mendesak, sesungguhnya cukup banyak ilmu, amal atau karya bermanfaat yang dapat saya hasilkan.

Contoh lainnya adalah ketika jiwa kita terancam, misal dikejar oleh sekelompok penjahat, tentu kita akan berlari dengan sangat cepat, bahkan lebih cepat dari kecepatan biasanya. Bahkan jika misalnya kita berlari menuju ke atas sebuah gedung hingga ke bagian atap, lalu keadaan kita terjepit, di belakang gerombolan penjahat telah siap menyergap, di depan kita adalah tepian dari atap gedung. Jika melihat ke bawah, mobil, motor, rumah dan orang-orang terlihat seperti mainan, sangat tinggi. Tentu kita tahu akibatnya jika terjatuh. Lalu kira-kira tiga meter di depan kita ada gedung lainnya, apa yang akan kita lakukan. Dalam keadaan biasa, kita mungkin tidak akan berani melompatinya, karena resiko yang sangat fatal akibatnya, jika tidak berhasil. Tetapi dalam keadaan mendesak, saat di dalam pikiran kita hanya ada satu kata, selamatkan diri. Tentunya secara spontan kita akan melompat dengan segenap tenaga dan kemampuan yang dimiliki menuju gedung sebelah. Karena diam berarti mati. Kita akan berani mengambil resiko melompat.

Apa pelajaran yang dapat diambil dari contoh di atas?

Hal yang paling berbahaya adalah ketika seseorang tidak menyadari bahwa dirinya dalam keadaan bahaya. Dia tenang-tenang saja dalam hidup, bersantai ria, merasa aman, damai dan sejahtera. Tidak berusaha untuk meningkatkan kualitas, kemampuan dan prestasi diri. Padahal sebenarnya setiap hari adalah keadaan yang mendesak, rawan dan berbahaya. Apakah keadaan bahaya itu?

Andaikata kita dapat mengetahui masa depan, misal besok kita akan mati. Atau besok akan terjadi kiamat, apa yang akan kita lakukan? Tentunya setiap menit dan bahkan detik akan kita manfaatkan untuk bertaubat, beristgihfar, beribadah dan membayar semua hutang-hutang kepada sesama manusia. Bahkan kita akan rela melepaskan semua harta kekayaan kita untuk melunasinya, atau untuk diinfakkan, disodaqohkan semuanya. Toh, buat apa semua harta itu. Tidak akan berguna ketika besok kita mati, malah akan menjadi beban hisab di akherat. Namun jika harta itu kita ikhlaskan di jalan Allah, maka ia akan berubah menjadi bentuk deposit amal atau pahala yang bisa meringankan beban hisab kita Insya Allah.

Allah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 1-3 yang artinya:
1.Demi masa. (QS. 103:1)
2.Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (QS. 103:2)
3.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. 103:3)

Nah, menurut Al-qur'an surat Al-Ashr ayat 1 sampai 3 tsb. bahwa kita ini benar-benar berada dalam kerugian setiap harinya. Kecuali jika kita beriman, beramal saleh, dan selalu nasehat menasehati dalam kesabaran.

Jika kita renungkan makna ayat tsb. bahwa kita ini selalu merugi, itu artinya setiap hari adalah hari-hari yang mendesak. Hari-hari yang mendesak untuk beramal saleh, untuk berbuat sesuatu, menghasilkan karya, bermanfaat bagi sesama. Sehingga pada saatnya nanti ketika usia kita semakin tua, setidaknya mengurangi penyesalan akibat banyaknya waktu yang telah kita sia-siakan, yang membuat kita merugi.

Jika suatu keadaan di mana pikiran bawah sadar kita selalu menyadari bahwa setiap hari adalah mendesak, setiap hari kita merugi. Maka, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menunda-nunda untuk beramal dan berkarya dalam hidup di dunia yang hanya sementara ini.

Nah, mumpung sedang bulan suci Ramadhan, merupakan sebuah kesempatan emas bagi kita untuk beramal saleh sebanyak-banyaknya. Semoga kita digolongkan sebagai orang yang bertakwa, dan dimasukkan ke dalam Jannah-Nya. Amin...




Thursday, July 21, 2011

Otak Kanan Dulu, Baru Otak Kiri

Hehe..barusan saya membaca tips rahasia menulis dari Pak Jonru, karena saya ikutan di newsletternya, lumayan gratis dapet tips-tips menulis. Ternyata benar juga, gunakan dulu otak kanan, baru otak kiri. Seperti kita ketahui, otak kanan itu bekerja penuh kreatifitas, bebas, tidak terikat aturan apapun. Sedangkan otak kiri itu bekerja mengikuti aturan, teratur dan baku. Hmmm...kedua otak ini sebenarnya saling menguatkan satu sama lain, tidak berarti otak kanan lebih baik dari otak kiri. Tetapi ternyata ada rahasia dalam penggunaannya yang selama ini tidak kita perhatikan betul. Apakah itu?

Tidak ada yang lebih penting, otak kanan atau otak kiri, tetapi keduanya sama penting. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah prioritas penggunaannya, ternyata otak kanan harus didahulukan sebelum kita menggunakan otak kiri. Sesuai juga kan, dalam ajaran agama Islam, dahulukan kaki kanan ketika melangkah masuk ke Masjid, gunakan tangan kanan ketika makan, minum, bersalaman, dan berbagai kegiatan yang baik lainnya.

Dahulu saya pernah punya pengalaman saat sedang membuat sebuah laporan hasil praktikum saat kuliah. Saya mengetik laporan tersebut dengan sangat berhati-hati, saya sangat memperhatikan tanda baca seperti titik, koma, juga perataan paragraf kiri dan kanan, susunan paragraf dll. Karena saya berpikir bahwa saya tidak boleh salah, dan laporan itu harus sekali jadi. Tapi, ternyata lama sekali jadinya hasil laporan tsb. Saya beberapa kali bertanya ke teman saya yang waktu itu saya pinjam komputernya di kos-kosannya, "Rif, kalo meratakan ini gimana?". Dia menjawab singkat, "Ga, pokoknya kamu tulis aja dulu semuanya, gampang ngatur itu terakhir". Begitu kata temanku.

Jawaban temanku yang cukup sederhana itu aku ikuti, akhirnya aku tulis saja semua apa adanya yang harus aku tulis untuk membuat laporan tsb. Luar biasa ternyata jadi lebih cepat selesai, setelah itu baru aku merapikan format penulisannya yang masih kurang baik di sana sini, jadi deh tuh laporan, trims Arif, my friend, moga dia baca tulisanku ini, hehe. Amal jariyah buat dikau Rif atas tips menyelesaikan laporannya.

Nah, yang terjadi barusan adalah sebuah contoh ketika kita memulai mengerjakan sesuatu langsung menggunakan otak kiri, maka pekerjaan akan lama selesainya. Dan bahkan mungkin tidak pernah selesai karena kita keburu capek berpikir. Yah, memikirkan sesuatu yang sesuai aturan, formal, baku dan rumus itu kan membuat capek otak. Tetapi ketika kita melepaskan itu semua, membebaskan kreatifitas kita, biarkan otak kanan berkreasi terlebih dahulu, maka semua akan lancar, bebas hambatan. Baru setelah beres tugas otak kanan, biarkan otak kiri melakukan tugasnya untuk merapikan, menghaluskan, mengedit, sesuai dengan ilmu yang telah didapatkan oleh otak kiri.

Rahasia ini ternyata tidak hanya berlaku untuk dunia tulis menulis. Tetapi dalam bidang apapun, biarkan otak kanan bekerja terlebih dahulu, baru kemudian otak kiri. Jika kita langsung menggunakan otak kiri di awal pekerjaan kita, pekerjaan akan lambat, terbebani dan mudah lelah. Dengan mendahulukan kerja otak kanan di awal, maka kita akan banyak pengalaman dalam pekerjaan, walaupun pasti banyak kesalahan juga. Nah, tugas otak kiri nanti untuk merapikan, membetulkan kesalahan-kesalahan itu. Semoga tips singkat ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Tuesday, July 19, 2011

Jembatan Layang Merak



Selasa, 19 Juli 2011, kupacu sepeda motorku dengan kecepatan sedang, saat itu sekitar pukul 15:15 sore hari. Alhamdulillah, lalu lintas di Merak cukup lengang dan lancar, padahal biasanya begitu padat dengan kendaraan terutama truk-truk yang membuat macet, asap dan debu yang cukup menyiksa. Mungkin karena PT. ASDP telah mendapat bantuan tambahan beberapa kapal untuk memperlancar aktivitas penyeberangan yang menghubungkan 2 pulau besar Jawa dan Sumatera. Melalui Pelabuhan Merak inilah roda perekonomian dapat berputar melalui truk-truk yang memiliki misi untuk mendistribusikan barang-barang baik itu berupa sembako, barang elektronik, material bangunan, bahkan hingga hewan seperti sapi, kambing dan ayam dari Jawa ke Sumatera atau sebaliknya.

Kuhentikan sejenak sepeda motorku di atas jembatan layang Merak ini, untuk sekedar menikmati pemandangan laut dan kapal yang tak pernah berhenti mengantarkan para penyeberang. Walaupun sebenarnya berbahaya untuk berhenti, tetapi kusempatkan mengabadikan gambar pemandangan dari atas jembatan.

Setiap hari dari aktivitas sa'i-ku, dari rumah ke kantor dan dari kantor kembali ke rumah, selalu melewati Pelabuhan Merak ini. Dan sekarang, setelah dibangun sebuah jalan fly over, maka setiap pulang dari kantor kulalui jalur jembatan layang ini. Ya, lebih menyenangkan untuk melalui jalur ini daripada melalui jalur bawah, karena kita dapat menyaksikan laut yang luas, bukit, kapal, langit, dan Pelabuhan Merak itu sendiri. Subhaanallah, meluaskan pandangan mata seolah-olah hati kita ikut menjadi lebih luas dari biasanya setelah menyaksikan secuil lukisan-Nya.

Kira-kira 2 atau 3 tahun yang lalu jembatan layang ini belum ada, dan kini tiba-tiba sudah berdiri kokoh dan sedikit mengubah wajah Merak. Selama perjalananku dari Cilegon ke Suralaya dan sebaliknya itulah aku dapat menyaksikan proses pembuatan jembatan layang ini. Proses yang sempat membuat Merak terlihat semrawut dan macet. Proses di mana terjadi pelebaran jalan yang membuat para pedagang kaki lima harus berpindah lokasi. Di satu sisi para pedagang kaki lima harus kehilangan lokasi favorit tempat mereka mencari nafkah, tetapi di sisi lain memang demi kenyamanan, kelancaran dan ketertiban lalu lintas di daerah ini. Pemecahan masalah win-win solution memang sangat dibutuhkan dalam hal ini, karena hal yang sama sepertinya selalu terjadi di manapun di negeri ini ketika pemerintah mencoba untuk menata kotanya.

Manusia, adalah satu-satunya makhluk ciptaan Allah yang mampu mengubah wajah bumi. Itu semua karena senjata utama yang Sang Pencipta berikan kepadanya. Senjata yang tidak diberikan kepada makhluk lain ciptaan-Nya. Senjata itu bukanlah gigi taring yang besar dan tajam, bukan pula tubuh yang besar, bukan kuku yang tajam. Senjata itu hanyalah sekepalan tangan, lembek, berair dan berdenyut. Ya, itulah otak manusia. Dengan otaknya, manusia dapat terbang lebih tinggi daripada burung, dapat menyelam lebih dalam dari ikan, dapat membuat rumah yang indah dan megah dari makhluk manapun, dapat membuat berbagai jenis barang yang di masa lampau mungkin zaman Nabi Adam tidak pernah membayangkannya. Jika, Nabi Adam masih hidup dan melihat keadaan dunia saat ini, mungkin akan terkaget-kaget beliau. Luar biasa, anak cucuku bisa membuat ini semua?

Kubayangkan diriku memasuki sebuah mesin waktu, dan mundur beberapa puluh, ratus bahkan ribuan tahun yang lalu. Di tempat ini, tempat yang sama saat itu aku belum terlahir. Wajah Merak bukan seperti sekarang ini, mungkin saat itu semua yang terlihat adalah hutan yang lebat, laut yang bersih dan bening bebas dari sampah dan minyak, udara yang bersih dan segar. Saat itu belum ada rumah-rumah yang menyesakkan perbukitan, belum ada kapal-kapal yang berhilir mudik, belum ada truk-truk besar, belum ada pelabuhan, saat itu alam selain manusia benar-benar berkuasa. Bahkan mungkin bebarapa juta tahun yang lalu, selat Sunda ini belum ada, karena masih menyatunya pulau Jawa dan Sumatera dalam sebuah benua besar Erasia (Eropa dan Asia). Atau mungkin masih merupakan lautan es pada zaman Glasial, Allahu Akbar.

Kubayangkan lagi diriku menghidupkan mesin waktu, lalu kuputar angkanya menuju 10 tahun, 100 tahun hingga 1000 tahun ke depan. Kira-kira seperti apa wajah Merak saat itu? Atau mungkin Merak sudah tidak ada, Wallahua'lam. Jika Allah masih menghendaki bangsa manusia tetap memimpin bumi ini beberapa ribu tahun ke depan. Mungkin wajah bumi benar-benar akan berubah total, bahkan ketika kita melihatnya dari luar angkasa. Mungkin di Merak kita akan melihat kendaraan-kendaraan mobil yang berterbangan memenuhi jalur langit Merak, atau jalan layang yang semakin bertingkat dan lebar, atau juga jalan bawah tanah. Kapal-kapal yang semakin canggih tentunya, baik dari teknologinya, ukurannya, daya tampungnya, bahan bakarnya, dll. Atau kita dapat melihat sebuah jembatan besar dan panjang yang menghubungkan antara Merak dan Lampung yang berarti menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Mega proyek yang memang akan dilaksanakan oleh pemerintah pusat dalam 15 atau 20 tahun ke depan, jika itu terealisasi. Sebuah jembatan yang akan dilalui oleh berbagai jenis kendaraan dan terdapat jalur kereta di tengah-tengahnya.

Ya, itulah manusia dengan akalnya. Otak yang hanya sekepalan tangan itu, mengandung milyaran syaraf yang teramat sangat rumit. Bahkan menurut para ilmuwan, satu sel syaraf manusia jauh lebih rumit dari jaringan komputer tercanggih yang telah diciptakan manusia, Subhaanallah. Bagaimana dengan Pencipta otak itu sendiri? Tidak dapat terbayangkan ke Maha Cerdasnya dan Maha Perkasa Zat yang berada dibalik semua yang ada di alam semesta ini.

Selesai kuambil gambar pemandangan di atas jembatan fly over Merak, kembali kupacu kuda besiku...wuuuusshhhhhhhhhhhhh....

Sunday, July 17, 2011

Tetap Berbuat

Postingan kali ini sebenarnya masih melanjutkan postingan sebelumnya yang berjudul "Membuat Daftar Aktivitas." Dah jam 11 malam nih, orang-orang di rumah dah pada molor, tapi nulis dulu bentar, karena seharian ini baru saat ini ketemu waktunya buat nulis, hehe. Harus setor nih buat melengkapi checklist daftar aktivitas...apply..apply...

Kali ini saya akan berbagi perasaan saya ketika saya beraktivitas. Ketika kita beraktivitas atau melakukan suatu kegiatan tertentu, pastilah ada energi di dalam diri yang membuat kita mau melakukan aktivitas tsb. Atau secara sederhana kita menyebutnya sebagai motivasi, semangat, kesenangan, kegembiraan, kesukaan. Sehingga ketika keadaan motivasi/mood kita sedang tinggi, pasti dengan suka cita dan ringan kita melakukan suatu aktivitas. Tetapi bagaimana jika motivasi/mood kita sedang rendah? Bagaimana jika pikiran kita tiba-tiba diserang oleh hal-hal yang negatif, seperti malas, perasaan lemah, tidak berguna melakukan itu, itu hal sepele, buang-buang waktu saja, tidak akan menjadi apa-apa, percuma, dan sejuta pikiran negarif lainnya. Saya yakin bahwa setiap diri kita pasti pernah merasakan itu, bahkan mungkin sering.

Nah, pada postingan pertama kita telah belajar dan membuat "Daftar Aktivitas." Lalu ketika dalam perjalanan aktivitas kita tiba-tiba diserang perasaan dan pikiran-pikiran negatif tadi, apa yang harus kita lakukan?

Sobat pembaca, ternyata yang harus kita lakukan adalah ya tetap berbuat, dan biarkan saja pikiran-pikiran negatif itu. Sedikit paksakan diri untuk tetap berbuat, dan sambil berbicara dalam diri sendiri bahwa pikiran-pikiran negatif itu salah semua. Aktivitas positif yang saya lakukan ini sangat bermanfaat bagi masa depan saya, ini bukan hal sepele, hal yang besar semuanya dimulai dari langkah-langkah dan kebiasaan-kebiasaan kecil. Maka, saya harus tetap melaksanakannya. Kita melawan perasaan-perasaan atau pikiran-pikiran negatif itu dengan pikiran-pikiran positif sambil terus berbuat. Ingat, sambil terus berbuat, misal sambil kita tetap berolahraga, sambil kita tetap membaca buku, sambil kita tetap bekerja, dll. Dan sobat, sungguh ajaib hasilnya, sedikit demi sedikit motivasi itu bangkit kembali. Ternyata, perasaan negatif itu hanya bersifat sementara. Dan akan hilang dengan sendirinya dengan kita tetap bergerak, bertindak, berbuat dan action..

Andaikata kita menuruti pikiran-pikiran negatif tadi, kita berhenti bertindak, maka kita sudah rugi dalam hal waktu, hanya untuk menunggu semangat itu datang lagi. Akan lebih mantap jika kita kombinasikan dengan variasi-variasi dalam berbuat, mencari hal-hal baru dan suasana baru. Sehingga pikiran-pikiran negatif itu tidak mudah menyerang. Seperti air, jika ia diam saja, tergenang, lama kelamaan akan menjadi keruh, kotor dan berpenyakit, tetapi jika air itu berputar, bersiklus, mengalir, ia akan selalu terlihat segar, bertenaga dan hidup.

Betul ternyata, jangan menunggu termotivasi untuk berbuat, tetapi berbuatlah maka kau akan termotivasi. Semoga bermanfaat...

Saatnya tidur, sampai jumpa besok lagi yaaa...

Friday, July 15, 2011

Membuat Daftar Aktivitas

Hmmm, sobat pembaca blog, ini aku mau berbagi tips yang mudah-mudahan dapat bermanfaat. Yaitu untuk mengetahui sejauh mana peningkatan produktivitas kita setiap hari. Untuk mengetahui apakah hari ini lebih baik dari hari kemarin. Karena kalau sama saja kita merugi, sedangkan kalau lebih buruk kita celaka. Sebenarnya ini adalah hal sederhana, namun cukup ampuh untuk mengontrol aktivitas kita, terutama untuk membiasakan dan membentuk sebuah perilaku positip sehari-hari yang akan mengantarkan kita pada tujuan dan cita-cita. Perilaku yang baru dan positip terkadang harus dipaksakan dan dilaksanakan dengan penuh disiplin di awal pembentukannya, bahkan dicatat. Sehingga jika sehari kita tidak melaksanakannya dapat kita ketahui, dan wajib kita membayarnya. Namun jika perilaku itu sudah terbentuk dan terbiasa, tanpa dicatat dan dipaksakan itu sudah menyatu dalam tindakan keseharian kita dan dapat dinikmati.

Kita dapat membuat sebuah tabel yang berisi daftar aktivitas harian yang harus dilakukan. Daftar yang kita tulis tidaklah harus detail, tetapi secara umum menggambarkan aktivitas tsb. Dan tidak semua aktivitas harus dicatat, khususnya untuk aktivitas positip yang memang kita sudah terbiasa melakukannya dan tertanam dalam tindakan sehari-hari. Yang perlu dicatat adalah hal-hal positip yang memang ingin kita bentuk, karena kita belum memiliki kebiasaan itu. Di bawah ini contoh daftar aktivitas tsb. Sobat bisa membuatnya sesuai kebutuhan sendiri:

1. membaca sebuah artikel bahasa Inggris dan menerjemahkannya;
2. shalat wajib selalu berjama'ah;
3. shalat dhuha
4. menulis di blog;
5. silaturahmi;
6. membaca buku kisah orang-orang sukses;
7. berinfak dan shadaqoh;
8. berolahraga
9. dan lain-lain.

Nah, daftar aktivitas harian itu kita susun secara vertikal, kemudian pada kolom berikutnya kita buat daftar tanggal selama satu bulan penuh. Setiap hari kita beri tanda centang menjelang tidur malam, jika kita melaksanakan aktivitas tersebut. Usahakan agar esok hari jumlah yang dicentang itu bertambah atau minimal sama. Dengan demikian kita dapat mengetahui peningkatan produktivitas keseharian kita. Kalau ada kegiatan yang tidak dilaksanakan, musti kita beri keterangan, apa penyebabnya? Mungkin saja ada hal-hal yang terjadi di luar perencanaan. Atau karena suatu hal berupa hambatan, maka harus dicatat apa hambatan itu dana bagaimana cara mengatasinya.

Demikian tips singkat ini, pada awalnya kita harus membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan kesabaran, tetapi pada akhirnya kebiasaan-kebiasaan baik itu yang akan membentuk diri kita. Semoga bermanfaat...

Wednesday, July 13, 2011

Knowing Is Not Enough, We Must Apply


Sungguh sederhana apa yang pernah dikatakan oleh Bruce Lee: "Knowing is not enough, we must apply, willing is not enough, we must do." Artinya adalah bahwa pengetahuan saja tidak cukup, kita harus menerapkannya, keinginan saja tidak cukup, kita harus bertindak. Sederhana, tetapi itulah kunci orang-orang sukses.

Kuncinya ada pada tindakan, perbuatan, amal, penerapan, yang bersifat nyata. Sehingga apa yang berupa konsep, ide, cita-cita, harapan, keinginan, tujuan, dan impian akan menjelma menjadi wujud nyata. Tidak lagi berada dalam dimensi pikiran saja. Pikiran adalah yang utama, tetapi tidak sempurna tanpa adanya amal perbuatan nyata. Sebaliknya perbuatan juga tidak akan baik dan terarah tanpa pikiran, impian dalam melakukannya. Tanpa impian dan cita-cita tidak akan sampai ke manapun tindakan kita. Hanya terombang-ambing dihempas tsunami zaman.

Pertama kita memiliki impian, target, cita-cita. Lalu kita melihat bahwa untuk mencapai target itu ada jalan yang panjang yang harus ditempuh. Satu-satunya cara untuk mencapai target tersebut ya kita tempuh jalan tersebut. Siapkan perbekalan, rencanakan tindakan, lalu berjalan. Kebanyakan orang biasa berhenti pada tahap menyiapkan perbekalan dan merencanakan tindakan hingga sempurna dan matang. Akan tetapi mereka tidak lanjut ke hal yang nyata, yaitu mulai melangkah dan berjalan. Dalam perjalanan dan melangkah, tentunya tidak akan sempurna sama persis seperti rencana yang dibuat, bisa jadi ada kegagalan, ada kesalahan, jatuh, dan lain-lain. Tetapi sebenarnya tidak ada kegagalan kecuali kita berhenti melangkah. Selama kita bangun lagi setelah jatuh dan kembali melangkah, kita akan sampai juga ke tujuan. Orang yang sukses itu jatuhnya ke depan, bukan ke belakang. Jadi jatuh juga sebenarnya semakin mendekatkan diri kepada tujuan.

Jadi, mulai sekarang koreksi diri kita. Sudah sejauh mana hari ini saya berjalan menerapkan ilmu pengetahuan saya, bukan sejauh mana saya berpikir dan merencanakan dan merencanakan lagi, tapi ragu-ragu dalam berjalan.

Monday, April 25, 2011

Rasa

Kehidupan ini ternyata banyak sekali rasa dengan berbagai warna-warninya. Dan itu yang membuat hidup ini begitu bermakna. Ada rasa cinta, benci, senang, sedih, semangat, lemah, gairah, lesu, bingung, harapan, putus asa, percaya diri, rendah diri, galau, yakin, dll. Apa maksud Allah menciptakan itu semua?

Perasaan itu terkadang berganti-ganti, berbolak-balik, kadang senang, kadang sedih, kadang yakin, kadang galau. Itulah hidup manusia, dan tidak lain semua itu adalah ujian. Ujian bagi keimanan seseorang. Karena surga Allah itu tidak murah, perlu ujian-ujian yang berat untuk memperolehnya. Semua ujian itu melibatkan rasa di dalam diri manusia.

Di surga, tidak ada lagi penderitaan itu, jika manusia menyadari. Hal yang menyiksa manusia hidup di dunia tidak lain adalah perasaannya sendiri. Di surga, tidak ada lagi rasa dendam, sakit hati, iri, lemah, takut, cemas, sedih. Semua adalah rasa-rasa yang menyenangkan. Jadi, jangan bersedih, La Tahzan, jika hidup di dunia ini penuh cobaan. Ingat ada surga Allah di akherat, mari berusaha menggapainya. Amin.

Friday, February 4, 2011

Kestabilan Emosi

Saya sangat mengagumi orang-orang yang memiliki kestabilan emosi. Orang-orang yang mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah, tanpa amarah, tanpa beradu fisik. Mampu menyampaikan yang benar tanpa kekerasan dan tanpa merendahkan orang lain. Inilah menurut saya orang-orang yang kuat. Orang yang kuat itu bukan yang mampu mengalahkan orang lain dengan fisiknya. Tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu melawan dirinya sendiri.
Hmmm, kira-kira siapa orang yang saya kagumi itu. Tentu saja yang pertama adalah Rasulullah Muhammad SAW. Beliau adalah orang yang paling kuat menurut saya. Bagaimana tidak, beliau yang diludahi, dilempar kotoran unta, dihina, tetapi tetap bisa tersenyum ikhlas, bukan senyum pahit seperti kita. Bahkan ketika giliran orang yang menyakiti beliau itu sakit, justru beliau adalah orang yang pertama menjenguknya, Subhaanallah, betapa luhur akhlak yang beliau contohkan. Masih banyak contoh-contoh lain yang Rasulullah berikan.

Suatu ketika beliau sedang duduk seorang diri beristirahat di bawah pohon kurma, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Da'tsur. Ia menghunus pedang di depan Rasulullah dan menodongkannya ke leher beliau dan berkata, "Siapa yang akan menolongmu?" Dengan tenang dan mantap rasulullah menjawab,"Allah". Mendengar jawaban tersebut Da'tsur langsung gemetar, lemas sekujur tubuhnya hingga terjatuh pedangnya, lalu rasulullah mengambil pedang itu dan balik menodongkannya ke leher Da'tsur,"Sekarang siapa yang akan menolongmu?", seru beliau. "Tidak ada wahai Muhammad, kecuali engkau mau menolongku!" Saya benar-benar terkesan membaca atau mendengar kisah tersebut, walaupun tidak menyaksikan langsung dan hidup di zaman itu, tetapi terbayang ketenangan dan keyakinan hati seorang Rasulullah.

Bagaimana dengan kita? Kita yang setiap hari menghadapi masalah dalam kehidupan. Dibutuhkan kestabilan emosi dalam menghadapinya. Dan itu tidak mudah untuk dilaksanakan. Tetapi nikmat rasanya ketika berhasil menguasainya. Ini memang perlu latihan dan latihan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita berada di posisi yang benar, dan orang lain salah, tetapi kita menyerang orang tsb. dan menyampaikan kebenaran itu dengan marah-marah, merendahkan orang tsb. Maka tidak akan baik juga hasilnya. Yang terjadi justru orang tsb. akan semakin lari dan jauh dari kebenaran. Apalagi jika kita berada di posisi yang salah. Sudah salah, ngotot lagi. Alangkah malunya ketika menyadari bahwa kita salah.

Mungkinkah bertarung tanpa emosi atau hawa nafsu? Nampaknya dalam pertarungan tidak mungkin dapat dipisahkan dari emosi atau hawa nafsu amarah. Karena energi marah inilah yang membuat kita menyerang orang lain, baik secara fisik, dengan kata-kata atau mental. Namun sebenarnya inilah rahasia kemenangan orang-orang besar sepanjang zaman. Mereka memiliki kemampuan menahan diri, tidak mudah terpancing, sehingga selalu dapat memenangkan pertarungan dengan cantik, bahkan tanpa melukai atau menghancurkan lawan. Bahkan lawan akan berbalik menjadi kawan.

Monday, January 17, 2011

Berpikir dan Bertindak...

Mana di antara aktivitas yang terbaik menurut Anda, berpikir atau bertindak? Sebetulnya keduanya baik dan bermanfaat daripada diam. Berpikir membuat manusia lebih berhati-hati dan cerdas dalam bersikap. Bertindak dapat membuat hasil yang nyata. Yang menjadi masalah adalah porsinya. Ketika manusia terlalu banyak berpikir tanpa melakukan tindakan, maka ilmu pengetahuan dan konsep yang dipikirkan tsb. selamanya hanya akan ada di alam pikiran. Sehingga tidak ada manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya terus bertindak tanpa pernah berpikir juga berbahaya, ia akan berbuat sesuai kehendak hati dan tidak mempedulikan sekitar. Apakah perbuatannya baik atau tidak.

Orang-orang yang sukses dan banyak bermanfaat bagi orang lain kebanyakan memang adalah orang-orang yang 'nekat'. Tetapi kenekatan yang dimaksud adalah kenekatan yang terarah. Setelah berpikir dan meyakini kebaikan akan suatu tindakan, ya sudah dilakukan saja. Tidak lantas terus berpikir dan berpikir, menimbang dan merencanakan hingga sempurna. Padahal kesempurnaan itu akan terbentuk dengan sendirinya dari pengalaman-pengalaman melakukan tindakan.

Beberapa sumber hikmah yang dapat diambil adalah:

1. Q.S 13:11

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”

Jelas, bahwa kita harus bertindak mengubah keadaan diri kita sendiri, harus berbuat, melakukan hal yang nyata. Sehingga Allah akan menolong kita.

2. Bruce Lee

Kata Bruce Lee, master kungfu Jet Kun Do: "Knowing is not enough; we must apply. Willing is not enough; we must do."

Artinya: "Pengetahuan saja tidaklah cukup; kita harus mengaplikasikannya. Keinginan saja tidaklah cukup; kita harus bertindak."

3. Stop Dreaming, Start Action

Ini bukan berarti mematikan mimpi. Mimpi harus tetap ada dan menyala di dalam hati dan pikiran, tetapi berhentilah untuk terus memimpikannya tanpa berbuat apa-apa, tetapi mulailah mengambil tindakan nyata. Sehingga mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan pada saatnya nanti.

4. Suri tauladan Rasulullah SAW

Tengoklah sejarah rasulullah. Beliau yang mulia mengatakan sesuatu yang memang telah dilaksanakannya. Beliau menyampaikan kebenaran dengan tindakan dan akhlak yang mulia. Tidak hanya dengan kata-kata.

5. Orang-orang sukses

Lihatlah orang-orang sukses, mereka semua berbuat sesuatu. Thomas Alva Edison menciptakan lampu pijar dengan cara melakukan eksperimen demi eksperimen yang terus-menerus gagal hingga akhirnya sukses. Soichiro Honda menjadi legenda motor bebek karena tindakannya bereksperimen dan berkecimpung di dunia mesin motor. Seorang petinju profesional setiap hari tentunya berlatih dan berlatih secara fisik dan mental sehingga menjadi semakin kuat dan kuat.

Masih banyak contoh-contoh dan hikmah lainnya. Maka, sebaiknya kita juga meniru mereka yang sudah sukses, apapun bidang dan profesi yang ditekuni.

Lebih baik lelah fisik dalam berbuat kebaikan, karena pikiran akan tenang, sedangkan kelelahan fisik itu akan hilang. Daripada lelah pikiran, karena fisik tidak melakukan kewajiban yang harus dilakukan. Lelah pikiran lebih berbahaya karena akan menyerang fisik juga, tetapi lelah fisik akan mudah disembuhkan dengan beristirahat asalkan pikiran tenang.