Tuesday, July 26, 2011

Keadaan Mendesak

Apa yang membuat orang termotivasi untuk segera melakukan suatu pekerjaan tertentu? Banyak faktor, dan salah satunya adalah masalah waktu. Lebih spesifik lagi adalah waktu yang sudah mendesak.

Saya memiliki sebuah pengalaman berharga, yaitu saat sedang sibuk-sibuknya mengerjakan Tugas Akhir program Studi Diploma. Di saat waktu sidang TA sudah hitungan hari, saya begitu fokus untuk segera menyelesaikannya. Saat itu saya membuat Tugas Akhir sebuah alat elektronik untuk menghidupkan dan mematikan lampu rumah yang dihubungkan ke komputer melalui Port Paralel Printer. Alat tsb. dikendalikan sebuah bahasa pemrograman, sehingga intinya kita dapat menghidupkan dan mematikan lampu dan peralatan listrik lainnya hanya dengan mengklik program di komputer. Ketika waktu sudah sangat mendesak, kira-kira dua hari menjelang sidang TA, alat tsb. belum juga selesai, baru kira-kira 75% saja. Walaupun secara konsep laporan sudah saya kuasai dan selesai. Akhirnya waktu benar-benar saya manfaatkan secara penuh, pagi, siang, sore dan malam. Sehingga pada waktu itu saya hanya tidur sebentar. Padahal seharusnya alat tsb. sudah selesai, sehingga beberapa hari terakhir seharusnya saya hanya mempersiapkan mental untuk presentasi dan demo alat/program.


Dua hari terakhir itu saya benar-benar bekerja ekstra, penuh dan maksimal. Kamar saya berantakan, penuh dengan kabel, timah, komponen-komponen elektronika, bau asap solder. Sehingga teman yang melihat saya pasti akan menganggap saya orang yang sangat rajin dan bekerja keras. Padahal motivasi saya adalah menyelesaikan alat tsb. agar segera dapat digunakan dalam sidang Tugas Akhir saya. Hingga saya ingat saat itu, jam 12 siang saya masih sibuk membentuk sebuah PCB dengan larutan Fericlorid untuk dihubungkan ke lampu dan menata alat menggunakan gabus bekas peralatan elektronik. Padahal jam dua saya harus sudah maju sidang atau pendadaran kami menyebutnya. Sungguh sebuah contoh yang buruk, karena sesungguhnya kalau saya mau mengerjakan dari awal-awal waktu pasti tidak tergesa-gesa seperti itu.

Tetapi yang ingin saya ceritakan di sini adalah dalam waktu yang cukup mendesak itu saya sangat termotivasi. Saya mengerahkan semua kekuatan dan kemampuan saya. Sehingga pada saatnya harus sidang ternyata saya bisa melakukan presentasi dengan cukup baik, dan alat juga dapat berfungsi dengan baik. Dan yang lebih membuat saya bersyukur dan bahagia, ternyata nilai Tugas Akhir saya adalah A. Sungguh terbayar semua kelelahan saya, padahal alat dikerjakan dalam keadaan yang mendesak. Akhirnya saya berpikir, dalam keadaan mendesak saya dapat memanfaatkan waktu dengan sangat efektif dan efisien. Andaikata setiap hari adalah hari yang mendesak, sesungguhnya cukup banyak ilmu, amal atau karya bermanfaat yang dapat saya hasilkan.

Contoh lainnya adalah ketika jiwa kita terancam, misal dikejar oleh sekelompok penjahat, tentu kita akan berlari dengan sangat cepat, bahkan lebih cepat dari kecepatan biasanya. Bahkan jika misalnya kita berlari menuju ke atas sebuah gedung hingga ke bagian atap, lalu keadaan kita terjepit, di belakang gerombolan penjahat telah siap menyergap, di depan kita adalah tepian dari atap gedung. Jika melihat ke bawah, mobil, motor, rumah dan orang-orang terlihat seperti mainan, sangat tinggi. Tentu kita tahu akibatnya jika terjatuh. Lalu kira-kira tiga meter di depan kita ada gedung lainnya, apa yang akan kita lakukan. Dalam keadaan biasa, kita mungkin tidak akan berani melompatinya, karena resiko yang sangat fatal akibatnya, jika tidak berhasil. Tetapi dalam keadaan mendesak, saat di dalam pikiran kita hanya ada satu kata, selamatkan diri. Tentunya secara spontan kita akan melompat dengan segenap tenaga dan kemampuan yang dimiliki menuju gedung sebelah. Karena diam berarti mati. Kita akan berani mengambil resiko melompat.

Apa pelajaran yang dapat diambil dari contoh di atas?

Hal yang paling berbahaya adalah ketika seseorang tidak menyadari bahwa dirinya dalam keadaan bahaya. Dia tenang-tenang saja dalam hidup, bersantai ria, merasa aman, damai dan sejahtera. Tidak berusaha untuk meningkatkan kualitas, kemampuan dan prestasi diri. Padahal sebenarnya setiap hari adalah keadaan yang mendesak, rawan dan berbahaya. Apakah keadaan bahaya itu?

Andaikata kita dapat mengetahui masa depan, misal besok kita akan mati. Atau besok akan terjadi kiamat, apa yang akan kita lakukan? Tentunya setiap menit dan bahkan detik akan kita manfaatkan untuk bertaubat, beristgihfar, beribadah dan membayar semua hutang-hutang kepada sesama manusia. Bahkan kita akan rela melepaskan semua harta kekayaan kita untuk melunasinya, atau untuk diinfakkan, disodaqohkan semuanya. Toh, buat apa semua harta itu. Tidak akan berguna ketika besok kita mati, malah akan menjadi beban hisab di akherat. Namun jika harta itu kita ikhlaskan di jalan Allah, maka ia akan berubah menjadi bentuk deposit amal atau pahala yang bisa meringankan beban hisab kita Insya Allah.

Allah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 1-3 yang artinya:
1.Demi masa. (QS. 103:1)
2.Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (QS. 103:2)
3.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. 103:3)

Nah, menurut Al-qur'an surat Al-Ashr ayat 1 sampai 3 tsb. bahwa kita ini benar-benar berada dalam kerugian setiap harinya. Kecuali jika kita beriman, beramal saleh, dan selalu nasehat menasehati dalam kesabaran.

Jika kita renungkan makna ayat tsb. bahwa kita ini selalu merugi, itu artinya setiap hari adalah hari-hari yang mendesak. Hari-hari yang mendesak untuk beramal saleh, untuk berbuat sesuatu, menghasilkan karya, bermanfaat bagi sesama. Sehingga pada saatnya nanti ketika usia kita semakin tua, setidaknya mengurangi penyesalan akibat banyaknya waktu yang telah kita sia-siakan, yang membuat kita merugi.

Jika suatu keadaan di mana pikiran bawah sadar kita selalu menyadari bahwa setiap hari adalah mendesak, setiap hari kita merugi. Maka, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menunda-nunda untuk beramal dan berkarya dalam hidup di dunia yang hanya sementara ini.

Nah, mumpung sedang bulan suci Ramadhan, merupakan sebuah kesempatan emas bagi kita untuk beramal saleh sebanyak-banyaknya. Semoga kita digolongkan sebagai orang yang bertakwa, dan dimasukkan ke dalam Jannah-Nya. Amin...




Thursday, July 21, 2011

Otak Kanan Dulu, Baru Otak Kiri

Hehe..barusan saya membaca tips rahasia menulis dari Pak Jonru, karena saya ikutan di newsletternya, lumayan gratis dapet tips-tips menulis. Ternyata benar juga, gunakan dulu otak kanan, baru otak kiri. Seperti kita ketahui, otak kanan itu bekerja penuh kreatifitas, bebas, tidak terikat aturan apapun. Sedangkan otak kiri itu bekerja mengikuti aturan, teratur dan baku. Hmmm...kedua otak ini sebenarnya saling menguatkan satu sama lain, tidak berarti otak kanan lebih baik dari otak kiri. Tetapi ternyata ada rahasia dalam penggunaannya yang selama ini tidak kita perhatikan betul. Apakah itu?

Tidak ada yang lebih penting, otak kanan atau otak kiri, tetapi keduanya sama penting. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah prioritas penggunaannya, ternyata otak kanan harus didahulukan sebelum kita menggunakan otak kiri. Sesuai juga kan, dalam ajaran agama Islam, dahulukan kaki kanan ketika melangkah masuk ke Masjid, gunakan tangan kanan ketika makan, minum, bersalaman, dan berbagai kegiatan yang baik lainnya.

Dahulu saya pernah punya pengalaman saat sedang membuat sebuah laporan hasil praktikum saat kuliah. Saya mengetik laporan tersebut dengan sangat berhati-hati, saya sangat memperhatikan tanda baca seperti titik, koma, juga perataan paragraf kiri dan kanan, susunan paragraf dll. Karena saya berpikir bahwa saya tidak boleh salah, dan laporan itu harus sekali jadi. Tapi, ternyata lama sekali jadinya hasil laporan tsb. Saya beberapa kali bertanya ke teman saya yang waktu itu saya pinjam komputernya di kos-kosannya, "Rif, kalo meratakan ini gimana?". Dia menjawab singkat, "Ga, pokoknya kamu tulis aja dulu semuanya, gampang ngatur itu terakhir". Begitu kata temanku.

Jawaban temanku yang cukup sederhana itu aku ikuti, akhirnya aku tulis saja semua apa adanya yang harus aku tulis untuk membuat laporan tsb. Luar biasa ternyata jadi lebih cepat selesai, setelah itu baru aku merapikan format penulisannya yang masih kurang baik di sana sini, jadi deh tuh laporan, trims Arif, my friend, moga dia baca tulisanku ini, hehe. Amal jariyah buat dikau Rif atas tips menyelesaikan laporannya.

Nah, yang terjadi barusan adalah sebuah contoh ketika kita memulai mengerjakan sesuatu langsung menggunakan otak kiri, maka pekerjaan akan lama selesainya. Dan bahkan mungkin tidak pernah selesai karena kita keburu capek berpikir. Yah, memikirkan sesuatu yang sesuai aturan, formal, baku dan rumus itu kan membuat capek otak. Tetapi ketika kita melepaskan itu semua, membebaskan kreatifitas kita, biarkan otak kanan berkreasi terlebih dahulu, maka semua akan lancar, bebas hambatan. Baru setelah beres tugas otak kanan, biarkan otak kiri melakukan tugasnya untuk merapikan, menghaluskan, mengedit, sesuai dengan ilmu yang telah didapatkan oleh otak kiri.

Rahasia ini ternyata tidak hanya berlaku untuk dunia tulis menulis. Tetapi dalam bidang apapun, biarkan otak kanan bekerja terlebih dahulu, baru kemudian otak kiri. Jika kita langsung menggunakan otak kiri di awal pekerjaan kita, pekerjaan akan lambat, terbebani dan mudah lelah. Dengan mendahulukan kerja otak kanan di awal, maka kita akan banyak pengalaman dalam pekerjaan, walaupun pasti banyak kesalahan juga. Nah, tugas otak kiri nanti untuk merapikan, membetulkan kesalahan-kesalahan itu. Semoga tips singkat ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Tuesday, July 19, 2011

Jembatan Layang Merak



Selasa, 19 Juli 2011, kupacu sepeda motorku dengan kecepatan sedang, saat itu sekitar pukul 15:15 sore hari. Alhamdulillah, lalu lintas di Merak cukup lengang dan lancar, padahal biasanya begitu padat dengan kendaraan terutama truk-truk yang membuat macet, asap dan debu yang cukup menyiksa. Mungkin karena PT. ASDP telah mendapat bantuan tambahan beberapa kapal untuk memperlancar aktivitas penyeberangan yang menghubungkan 2 pulau besar Jawa dan Sumatera. Melalui Pelabuhan Merak inilah roda perekonomian dapat berputar melalui truk-truk yang memiliki misi untuk mendistribusikan barang-barang baik itu berupa sembako, barang elektronik, material bangunan, bahkan hingga hewan seperti sapi, kambing dan ayam dari Jawa ke Sumatera atau sebaliknya.

Kuhentikan sejenak sepeda motorku di atas jembatan layang Merak ini, untuk sekedar menikmati pemandangan laut dan kapal yang tak pernah berhenti mengantarkan para penyeberang. Walaupun sebenarnya berbahaya untuk berhenti, tetapi kusempatkan mengabadikan gambar pemandangan dari atas jembatan.

Setiap hari dari aktivitas sa'i-ku, dari rumah ke kantor dan dari kantor kembali ke rumah, selalu melewati Pelabuhan Merak ini. Dan sekarang, setelah dibangun sebuah jalan fly over, maka setiap pulang dari kantor kulalui jalur jembatan layang ini. Ya, lebih menyenangkan untuk melalui jalur ini daripada melalui jalur bawah, karena kita dapat menyaksikan laut yang luas, bukit, kapal, langit, dan Pelabuhan Merak itu sendiri. Subhaanallah, meluaskan pandangan mata seolah-olah hati kita ikut menjadi lebih luas dari biasanya setelah menyaksikan secuil lukisan-Nya.

Kira-kira 2 atau 3 tahun yang lalu jembatan layang ini belum ada, dan kini tiba-tiba sudah berdiri kokoh dan sedikit mengubah wajah Merak. Selama perjalananku dari Cilegon ke Suralaya dan sebaliknya itulah aku dapat menyaksikan proses pembuatan jembatan layang ini. Proses yang sempat membuat Merak terlihat semrawut dan macet. Proses di mana terjadi pelebaran jalan yang membuat para pedagang kaki lima harus berpindah lokasi. Di satu sisi para pedagang kaki lima harus kehilangan lokasi favorit tempat mereka mencari nafkah, tetapi di sisi lain memang demi kenyamanan, kelancaran dan ketertiban lalu lintas di daerah ini. Pemecahan masalah win-win solution memang sangat dibutuhkan dalam hal ini, karena hal yang sama sepertinya selalu terjadi di manapun di negeri ini ketika pemerintah mencoba untuk menata kotanya.

Manusia, adalah satu-satunya makhluk ciptaan Allah yang mampu mengubah wajah bumi. Itu semua karena senjata utama yang Sang Pencipta berikan kepadanya. Senjata yang tidak diberikan kepada makhluk lain ciptaan-Nya. Senjata itu bukanlah gigi taring yang besar dan tajam, bukan pula tubuh yang besar, bukan kuku yang tajam. Senjata itu hanyalah sekepalan tangan, lembek, berair dan berdenyut. Ya, itulah otak manusia. Dengan otaknya, manusia dapat terbang lebih tinggi daripada burung, dapat menyelam lebih dalam dari ikan, dapat membuat rumah yang indah dan megah dari makhluk manapun, dapat membuat berbagai jenis barang yang di masa lampau mungkin zaman Nabi Adam tidak pernah membayangkannya. Jika, Nabi Adam masih hidup dan melihat keadaan dunia saat ini, mungkin akan terkaget-kaget beliau. Luar biasa, anak cucuku bisa membuat ini semua?

Kubayangkan diriku memasuki sebuah mesin waktu, dan mundur beberapa puluh, ratus bahkan ribuan tahun yang lalu. Di tempat ini, tempat yang sama saat itu aku belum terlahir. Wajah Merak bukan seperti sekarang ini, mungkin saat itu semua yang terlihat adalah hutan yang lebat, laut yang bersih dan bening bebas dari sampah dan minyak, udara yang bersih dan segar. Saat itu belum ada rumah-rumah yang menyesakkan perbukitan, belum ada kapal-kapal yang berhilir mudik, belum ada truk-truk besar, belum ada pelabuhan, saat itu alam selain manusia benar-benar berkuasa. Bahkan mungkin bebarapa juta tahun yang lalu, selat Sunda ini belum ada, karena masih menyatunya pulau Jawa dan Sumatera dalam sebuah benua besar Erasia (Eropa dan Asia). Atau mungkin masih merupakan lautan es pada zaman Glasial, Allahu Akbar.

Kubayangkan lagi diriku menghidupkan mesin waktu, lalu kuputar angkanya menuju 10 tahun, 100 tahun hingga 1000 tahun ke depan. Kira-kira seperti apa wajah Merak saat itu? Atau mungkin Merak sudah tidak ada, Wallahua'lam. Jika Allah masih menghendaki bangsa manusia tetap memimpin bumi ini beberapa ribu tahun ke depan. Mungkin wajah bumi benar-benar akan berubah total, bahkan ketika kita melihatnya dari luar angkasa. Mungkin di Merak kita akan melihat kendaraan-kendaraan mobil yang berterbangan memenuhi jalur langit Merak, atau jalan layang yang semakin bertingkat dan lebar, atau juga jalan bawah tanah. Kapal-kapal yang semakin canggih tentunya, baik dari teknologinya, ukurannya, daya tampungnya, bahan bakarnya, dll. Atau kita dapat melihat sebuah jembatan besar dan panjang yang menghubungkan antara Merak dan Lampung yang berarti menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Mega proyek yang memang akan dilaksanakan oleh pemerintah pusat dalam 15 atau 20 tahun ke depan, jika itu terealisasi. Sebuah jembatan yang akan dilalui oleh berbagai jenis kendaraan dan terdapat jalur kereta di tengah-tengahnya.

Ya, itulah manusia dengan akalnya. Otak yang hanya sekepalan tangan itu, mengandung milyaran syaraf yang teramat sangat rumit. Bahkan menurut para ilmuwan, satu sel syaraf manusia jauh lebih rumit dari jaringan komputer tercanggih yang telah diciptakan manusia, Subhaanallah. Bagaimana dengan Pencipta otak itu sendiri? Tidak dapat terbayangkan ke Maha Cerdasnya dan Maha Perkasa Zat yang berada dibalik semua yang ada di alam semesta ini.

Selesai kuambil gambar pemandangan di atas jembatan fly over Merak, kembali kupacu kuda besiku...wuuuusshhhhhhhhhhhhh....

Sunday, July 17, 2011

Tetap Berbuat

Postingan kali ini sebenarnya masih melanjutkan postingan sebelumnya yang berjudul "Membuat Daftar Aktivitas." Dah jam 11 malam nih, orang-orang di rumah dah pada molor, tapi nulis dulu bentar, karena seharian ini baru saat ini ketemu waktunya buat nulis, hehe. Harus setor nih buat melengkapi checklist daftar aktivitas...apply..apply...

Kali ini saya akan berbagi perasaan saya ketika saya beraktivitas. Ketika kita beraktivitas atau melakukan suatu kegiatan tertentu, pastilah ada energi di dalam diri yang membuat kita mau melakukan aktivitas tsb. Atau secara sederhana kita menyebutnya sebagai motivasi, semangat, kesenangan, kegembiraan, kesukaan. Sehingga ketika keadaan motivasi/mood kita sedang tinggi, pasti dengan suka cita dan ringan kita melakukan suatu aktivitas. Tetapi bagaimana jika motivasi/mood kita sedang rendah? Bagaimana jika pikiran kita tiba-tiba diserang oleh hal-hal yang negatif, seperti malas, perasaan lemah, tidak berguna melakukan itu, itu hal sepele, buang-buang waktu saja, tidak akan menjadi apa-apa, percuma, dan sejuta pikiran negarif lainnya. Saya yakin bahwa setiap diri kita pasti pernah merasakan itu, bahkan mungkin sering.

Nah, pada postingan pertama kita telah belajar dan membuat "Daftar Aktivitas." Lalu ketika dalam perjalanan aktivitas kita tiba-tiba diserang perasaan dan pikiran-pikiran negatif tadi, apa yang harus kita lakukan?

Sobat pembaca, ternyata yang harus kita lakukan adalah ya tetap berbuat, dan biarkan saja pikiran-pikiran negatif itu. Sedikit paksakan diri untuk tetap berbuat, dan sambil berbicara dalam diri sendiri bahwa pikiran-pikiran negatif itu salah semua. Aktivitas positif yang saya lakukan ini sangat bermanfaat bagi masa depan saya, ini bukan hal sepele, hal yang besar semuanya dimulai dari langkah-langkah dan kebiasaan-kebiasaan kecil. Maka, saya harus tetap melaksanakannya. Kita melawan perasaan-perasaan atau pikiran-pikiran negatif itu dengan pikiran-pikiran positif sambil terus berbuat. Ingat, sambil terus berbuat, misal sambil kita tetap berolahraga, sambil kita tetap membaca buku, sambil kita tetap bekerja, dll. Dan sobat, sungguh ajaib hasilnya, sedikit demi sedikit motivasi itu bangkit kembali. Ternyata, perasaan negatif itu hanya bersifat sementara. Dan akan hilang dengan sendirinya dengan kita tetap bergerak, bertindak, berbuat dan action..

Andaikata kita menuruti pikiran-pikiran negatif tadi, kita berhenti bertindak, maka kita sudah rugi dalam hal waktu, hanya untuk menunggu semangat itu datang lagi. Akan lebih mantap jika kita kombinasikan dengan variasi-variasi dalam berbuat, mencari hal-hal baru dan suasana baru. Sehingga pikiran-pikiran negatif itu tidak mudah menyerang. Seperti air, jika ia diam saja, tergenang, lama kelamaan akan menjadi keruh, kotor dan berpenyakit, tetapi jika air itu berputar, bersiklus, mengalir, ia akan selalu terlihat segar, bertenaga dan hidup.

Betul ternyata, jangan menunggu termotivasi untuk berbuat, tetapi berbuatlah maka kau akan termotivasi. Semoga bermanfaat...

Saatnya tidur, sampai jumpa besok lagi yaaa...

Friday, July 15, 2011

Membuat Daftar Aktivitas

Hmmm, sobat pembaca blog, ini aku mau berbagi tips yang mudah-mudahan dapat bermanfaat. Yaitu untuk mengetahui sejauh mana peningkatan produktivitas kita setiap hari. Untuk mengetahui apakah hari ini lebih baik dari hari kemarin. Karena kalau sama saja kita merugi, sedangkan kalau lebih buruk kita celaka. Sebenarnya ini adalah hal sederhana, namun cukup ampuh untuk mengontrol aktivitas kita, terutama untuk membiasakan dan membentuk sebuah perilaku positip sehari-hari yang akan mengantarkan kita pada tujuan dan cita-cita. Perilaku yang baru dan positip terkadang harus dipaksakan dan dilaksanakan dengan penuh disiplin di awal pembentukannya, bahkan dicatat. Sehingga jika sehari kita tidak melaksanakannya dapat kita ketahui, dan wajib kita membayarnya. Namun jika perilaku itu sudah terbentuk dan terbiasa, tanpa dicatat dan dipaksakan itu sudah menyatu dalam tindakan keseharian kita dan dapat dinikmati.

Kita dapat membuat sebuah tabel yang berisi daftar aktivitas harian yang harus dilakukan. Daftar yang kita tulis tidaklah harus detail, tetapi secara umum menggambarkan aktivitas tsb. Dan tidak semua aktivitas harus dicatat, khususnya untuk aktivitas positip yang memang kita sudah terbiasa melakukannya dan tertanam dalam tindakan sehari-hari. Yang perlu dicatat adalah hal-hal positip yang memang ingin kita bentuk, karena kita belum memiliki kebiasaan itu. Di bawah ini contoh daftar aktivitas tsb. Sobat bisa membuatnya sesuai kebutuhan sendiri:

1. membaca sebuah artikel bahasa Inggris dan menerjemahkannya;
2. shalat wajib selalu berjama'ah;
3. shalat dhuha
4. menulis di blog;
5. silaturahmi;
6. membaca buku kisah orang-orang sukses;
7. berinfak dan shadaqoh;
8. berolahraga
9. dan lain-lain.

Nah, daftar aktivitas harian itu kita susun secara vertikal, kemudian pada kolom berikutnya kita buat daftar tanggal selama satu bulan penuh. Setiap hari kita beri tanda centang menjelang tidur malam, jika kita melaksanakan aktivitas tersebut. Usahakan agar esok hari jumlah yang dicentang itu bertambah atau minimal sama. Dengan demikian kita dapat mengetahui peningkatan produktivitas keseharian kita. Kalau ada kegiatan yang tidak dilaksanakan, musti kita beri keterangan, apa penyebabnya? Mungkin saja ada hal-hal yang terjadi di luar perencanaan. Atau karena suatu hal berupa hambatan, maka harus dicatat apa hambatan itu dana bagaimana cara mengatasinya.

Demikian tips singkat ini, pada awalnya kita harus membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan kesabaran, tetapi pada akhirnya kebiasaan-kebiasaan baik itu yang akan membentuk diri kita. Semoga bermanfaat...

Wednesday, July 13, 2011

Knowing Is Not Enough, We Must Apply


Sungguh sederhana apa yang pernah dikatakan oleh Bruce Lee: "Knowing is not enough, we must apply, willing is not enough, we must do." Artinya adalah bahwa pengetahuan saja tidak cukup, kita harus menerapkannya, keinginan saja tidak cukup, kita harus bertindak. Sederhana, tetapi itulah kunci orang-orang sukses.

Kuncinya ada pada tindakan, perbuatan, amal, penerapan, yang bersifat nyata. Sehingga apa yang berupa konsep, ide, cita-cita, harapan, keinginan, tujuan, dan impian akan menjelma menjadi wujud nyata. Tidak lagi berada dalam dimensi pikiran saja. Pikiran adalah yang utama, tetapi tidak sempurna tanpa adanya amal perbuatan nyata. Sebaliknya perbuatan juga tidak akan baik dan terarah tanpa pikiran, impian dalam melakukannya. Tanpa impian dan cita-cita tidak akan sampai ke manapun tindakan kita. Hanya terombang-ambing dihempas tsunami zaman.

Pertama kita memiliki impian, target, cita-cita. Lalu kita melihat bahwa untuk mencapai target itu ada jalan yang panjang yang harus ditempuh. Satu-satunya cara untuk mencapai target tersebut ya kita tempuh jalan tersebut. Siapkan perbekalan, rencanakan tindakan, lalu berjalan. Kebanyakan orang biasa berhenti pada tahap menyiapkan perbekalan dan merencanakan tindakan hingga sempurna dan matang. Akan tetapi mereka tidak lanjut ke hal yang nyata, yaitu mulai melangkah dan berjalan. Dalam perjalanan dan melangkah, tentunya tidak akan sempurna sama persis seperti rencana yang dibuat, bisa jadi ada kegagalan, ada kesalahan, jatuh, dan lain-lain. Tetapi sebenarnya tidak ada kegagalan kecuali kita berhenti melangkah. Selama kita bangun lagi setelah jatuh dan kembali melangkah, kita akan sampai juga ke tujuan. Orang yang sukses itu jatuhnya ke depan, bukan ke belakang. Jadi jatuh juga sebenarnya semakin mendekatkan diri kepada tujuan.

Jadi, mulai sekarang koreksi diri kita. Sudah sejauh mana hari ini saya berjalan menerapkan ilmu pengetahuan saya, bukan sejauh mana saya berpikir dan merencanakan dan merencanakan lagi, tapi ragu-ragu dalam berjalan.