Wednesday, September 30, 2009

Sediakan Waktu untuk Cita-citamu

Setiap orang dalam hidup tentunya memiliki cita-cita. Sebuah tujuan atau goal yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Tetapi tidak banyak manusia yang mau menyediakan waktu untuk cita-citanya tsb. Sehingga lebih banyak orang-orang yang hanya bermimpi dan bermimpi tanpa pernah terus melangkah untuk menggapainya.

Orang yang telah menentukan tujuan hidupnya secara jelas dan tertarget tentunya dapat melihat jalan yang terbentang panjang menuju cita-citanya tsb. Dalam jalan itu, ia sudah mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan menghadapi berbagai resikonya. Ia selalu menyediakan waktu untuk melakukan yang terbaik menuju goal hidup. Rutin, fokus dan terarah adalah kuncinya.

Memiliki berbagai alasan dan menunda pekerjaan adalah salah satu ciri orang yang jauh dari keberhasilan menggapai cita-citanya.

“Saya terlalu sibuk dan lelah…”. Ini merupakan alasan yang sering kita mendengarnya. Terkadang kita ini sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan tujuan hidup. Atau mungkin memang kita belum menentukan target hidup. Akhirnya kita terus sibuk dan sibuk tetapi tidak terarah dan tidak jelas hasil yang ingin dicapai. Ini terus terjadi sampai akhirnya tanpa terasa usia sudah terlalu tua ketika menyadarinya. Teringat cerita Nasrudin Affandi yang diminta tolong untuk mengangkat sebuah batu, ia mengatakan, “Saya akan mengangkatnya nanti …”. Terus ia menundanya karena tidak yakin dengan kekuatannya hingga ketika sudah tua ia berkata, “Saya mau mengangkatnya sekarang, tetapi saya sudah tidak kuat…”.

Maka, tidak ada pilihan lain kecuali segera tentukan tujuan hidup, baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Jika sudah menentukan, jangan hanya diam, sediakan waktu untuk melakukan perjalanan menuju cita-cita tsb. Tidak malas dan menundanya dengan berbagai alasan, karena jika tidak mungkin kita hanya akan numpang lewat saja dalam kehidupan di dunia ini tanpa memberikan sesuatu yang berarti bagi kehidupan. Itu artinya adalah kesia-siaan yang membuat hidup menjadi merugi.


Sunday, September 27, 2009

Tidak Ada yang Sempurna

Sebuah peribahasa mengatakan bahwa "tiada gading yang tak retak" yang berarti tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap orang dilahirkan dengan bidang dan keahlian yang berbeda-beda. Semua itu dengan tujuan agar manusia dapat saling mengenal dan bekerja sama. Jadi tidak ada yang pantas untuk disombongkan apapun prestasi yang telah kita peroleh. Semua itu tidak akan berhasil dicapai tanpa bantuan orang lain dan tentunya atas kehendak Yang Maha Kuasa.

Teringat kata-kata guruku ketika di sekolah dasar yang pernah mengatakan bahwa kita tidak mungkin dapat bertahan hidup tanpa bantuan orang lain. Misalnya rumah dimana kita tinggal yang diperoleh dengan keringat hasil kerja tidak akan pernah bisa berdiri jika tidak dikerjakan oleh seorang pekerja bangunan. Nasi yang ada dipiring telah melalui proses yang panjang hingga tersedia di meja makan kita. Mulai dari membajak sawah, menyemai, mengairi, menjaganya dari hama, hingga panen dan dipasarkan tentunya telah melibatkan orang banyak.

Tidak ada satupun manusia yang seperti superman yang mampu mengerjakan segala sesuatu dengan kekuatannya sendiri. Jika ada orang yang mengatakan tidak membutuhkan orang lain, coba kita bertanya padanya, siapa yang akan menguburkan jasadnya nanti bila ia meninggal dunia. Apakah ia mampu menguburkan sendiri jasadnya?

Semua yang bernama makhluk memiliki ketidaksempurnaan. Yang sempurna dan pantas untuk sombong hanya Allah S.W.T yang Maha Berdiri Sendiri tanpa perlu bantuan siapapun.

“..angkuh dan sombong itu adalah pakaian Allah, siapa yang menyaingi pakaian-Nya. Allah Ta'ala akan menyiksanya. (HR. Muslim) “

Friday, September 25, 2009

Busana Muslim Berkualitas

Masih dalam suasana lebaran Idul Fitri 1430 H, saya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin, semoga segala amal ibadah kita selama bulan suci Ramadhan diterima oleh-Nya, dan semoga juga diberi kesempatan untuk berjumpa kembali dengan bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini pada tahun yang akan datang, amin.

Salah satu kebiasaan ummat Islam di hari lebaran adalah mengenakan pakaian yang serba baru. Walaupun tidak menjadi kewajiban, akan tetapi merupakan suatu kebahagiaan tersendiri jika melihat saudara-saudara kita dapat mengenakan pakaian baru di hari yang fitri ini.

Walaupun sudah lewat beberapa hari lebaran, namun tidak ada salahnya kalau kita ingin membeli baju baru untuk diri sendiri atau sebagai hadiah/kado bagi sahabat dan keluarga. Sebagai seorang muslim, tentunya pakaian harus sesuai dengan yang disyariatkan, yaitu menutup aurat. Namun tentunya ingin juga tetap mengikuti mode dan gaya yang terkini/modern. Alhamdulillah, kini banyak sekali tersedia bermacam-macam busana muslim yang dapat menjadi pilihan sesuai selera kita. Tentunya dengan bahan yang bermutu dan berkualitas tinggi. Saya mendapatkan informasi sebuah alamat website yang menjual busana dan baju muslim. Contoh busana muslim yang ada adalah baju koko Shafa, busana muslim Elfadha, mukena Amaly lengkap dengan paket tas eksklusif, sajadah dan bergo, songkok Awing.

Ibu Ati Wicaksono, seorang ibu rumah tangga dengan 2 anak laki yang masih balita. Setelah satu tahun lebih berjualan baju hamil di MomsMiracle.com, kemudian memberanikan diri untuk membuka toko online yang kedua, khusus berjualan busana muslim yaitu ButikAqilla.com.

ButikAqilla.com beralamat sama dengan MomsMiracle.com yaitu di Citra Raya blok M1 No.3 Cikupa Tangerang. Silakan bagi yang ingin mampir dapat melihat langsung koleksi busana muslimnya. Dapat juga memesan secara online dengan mengirim sms/telepon atau email. Tentang detailnya secara lengkap silahkan kunjungi alamat websitenya.

Tuesday, September 22, 2009

Selepas Ramadhan

Apa indikator dari keberhasilan kita menjalani latihan di bulan Ramadhan? Tentunya peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah S.W.T. Seseorang yang telah melaksanakan latihan satu bulan penuh tentunya diharapkan kemampuannya akan meningkat, bukan malah sebaliknya. Tetapi begitulah keadaan yang kita lihat setiap tahun berulang-ulang. Di bulan suci Ramadhan orang beramai-ramai pergi ke Masjid untuk beribadah. Al-qur’an rajin dibaca hingga khatam dan dikaji. Shalat malam dan shalat-shalat sunnah, dzikir, zakat dan shadaqoh, semuanya begitu terasa. Tetapi apa yang terjadi setelah bulan Ramadhan usai? Atau bahkan pada setengah perjalanan bulan Ramadhan? Dapat kita saksikan sendiri.

Selepas bulan Ramadhan, kepadatan jama’ah shalat wajib, khususnya di waktu Isya kembali normal (walaupun seharusnya tidak hanya di waktu Isya saja), sama seperti arus mudik. Ke mana para sahabat kita yang di bulan suci kemarin bersama-sama menghadiri shalat berjama’ah? Jumlahnya berkurang begitu drastis. Lalu apa hasil dari latihan selama ini? Apakah ini hanya ritual tahunan belaka yang sama saja seperti budaya dan adat-istiadat lainnya? Tentu kita tidak mengharapkan demikian. Ramadhan bukanlah bulan pengekangan sesaat dari hawa nafsu, yang jika telah usai kembali menjadi liar dan merusak. Tetapi Ramadhan adalah sarana pelatihan untuk menghadapi bulan-bulan berikutnya.

Pertarungan sesungguhnya baru akan dimulai selama 11 bulan ke depan. Pertarungan melawan hawa nafsu yang tidak pernah berakhir. Maka, seharusnya kita pertahankan atau bahkan tingkatkan kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah dikerjakan selama bulan suci Ramadhan sehingga terasa hasilnya.

Demikian, semoga tulisan singkat ini cukup bermanfaat untuk memotivasi khususnya pribadi penulis sendiri dan siapapun yang membacanya. Terima kasih, kirim-kirim komentarnya ya di bawah ini…

Alam Pikiran dan Alam Kenyataan

Kita sebenarnya hidup di dua alam yang berbeda, yaitu alam pikiran dan alam kenyataan. Orang yang sukses adalah orang yang seimbang antara alam pikiran dan alam kenyataannya. Artinya apa yang ada dipikirannya atau dapat juga disebut impiannya itu sama dengan apa yang dialaminya secara nyata. Dengan kata lain ia mampu mewujudkan impian hidupnya.

Sedangkan orang gagal, apa yang ada dipikirannya tidak sama dengan apa yang dialaminya dalam hidup. Impiannya besar, keinginannya banyak, tetapi pada kenyataan hidupnya tidak satupun mimpi itu terwujud. Sehingga yang ada pada dirinya adalah penderitaan dan disiksa oleh pikiran dan impian tersebut.

Mengapa bisa seperti itu? Sederhana saja jawabannya, yaitu tindakan. Orang yang sukses adalah orang yang segera berbuat, bertindak, tidak menunda untuk meraih impiannya. Sedangkan orang yang gagal adalah orang yang malas, tidak berbuat karena terlalu banyak pertimbangan atau takut melangkah. Sehingga impiannya hanya sebatas khayalan, karena tidak ada kemauan untuk mewujudkannya. Akhirnya ia hanya membangun kerajaan di alam pikirannya saja, tidak di dunia nyata.

Coba saja Anda praktekkan, dalam 1 hari diam saja tidak melakukan kegiatan apapun, padahal tugas dan kewajiban Anda banyak. Pasti yang hadir ke dalam jiwa adalah kegelisahan dan pikiran yang tidak menentu. Walaupun fisik Anda diam, beristirahat dari aktivitas, tetapi jiwa Anda gelisah karena merasa ada tugas dan kewajiban yang harus diselesaikan. Bandingkan jika Anda bergerak, berbuat sesuatu, menyelesaikan tugas dan kewajiban, maka ketenangan jiwa yang didapatkan. Walaupun fisik lelah, tetapi jiwa Anda tenang dan beristirahat. Lihatlah perbedaan antara air yang tergenang dengan air yang mengalir, tentu lebih segar air yang mengalir. Air yang tergenang akan menjadi sumber penyakit, menjadi bau dan tidak segar.

Maka, seimbangkan impian di dalam pikiran itu dengan tindakan. Maka kesuksesan itu akan dicapai. Di dalam agama Islam juga iman saja tidak cukup bukan? Harus disertai dengan taqwa (melakukan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya).

"sesungguhnya Allah swt tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah nasibnya sendiri-sendiri..." (Q.S. Ar-Ra'd: 13)



Friday, September 18, 2009

Hari Raya Idul Fitri



Tanpa terasa bulan suci Ramadhan akan segera berlalu. Ada rasa sedih bahwa kita akan ditinggalkan oleh bulan yang benuh dengan rahmat, pahala dan ampunan. Bulan di mana ibadah dilaksanakan bersama-sama seluruh ummat Islam di dunia.

Kita akan memasuki hari raya Idul Fitri. Hari di mana bagi yang berhasil menjalankan ibadah shaum selama sebulan penuh merupakan hari kemenangan, hari yang fitri. Kembali suci seperti bayi yang baru lahir. Semoga segala amal kita selama bulan suci Ramadhan diterima oleh Allah S.W.T. Amin.

Selamat hari raya Idul Fitri
Mohon maaf lahir dan batin

Wednesday, September 16, 2009

Mengatasi Bosan

Pernahkah Anda merasa bosan dalam menjalani hidup? Sebagai manusia normal pasti pernah bahkan mungkin sering. Saya sendiri sering merasa bosan, terkadang merasa apa yang telah dilakukan selama ini tidak ada artinya, mungkin sia-sia tanpa hasil. Pikiran jadi terbolak-balik, menjadi tidak fokus dan mengambang tidak jelas. Menjadi malas mengerjakan apapun, kalaupun dipaksakan mengerjakan tidak maksimal hasilnya. Menjadi serba salah dan plin-plan mengambil keputusan. Bagaimana mengatasinya?

Jika ini yang terjadi, mungkin setan sedang menyerang hati kita. Penyakit was-was yang selalu dibisiki oleh setan memang berbahaya. Ia merusak secara rohani dan pikiran. Maka yang harus dilakukan adalah berhenti sejenak dari pekerjaan dan rutinitas kita. Mungkin hati dan pikiran menjadi tumpul karena terus-menerus digunakan untuk bekerja dan bekerja. Walaupun memang bekerja itu ibadah. Saya coba berhenti sejenak, tinggalkan semua pekerjaan memusingkan, lalu mengambil air wudhu dan shalat sunnah (bisa Dhuha, Hajat, dll.). Lalu berdzikir, berdo'a, merenung dan membaca Al-Qur'an. Hasilnya? Alhamdulillah pikiran menjadi tenang kembali, tajam dan terfokus, keyakinan kembali menguat. Berangsur-angsur saya mulai bisa kembali melihat arah tujuan hidup saya, rencana-rencana jangka pendek dan jangka panjang. Sehingga hati kembali menjadi tenang.

Setelah hati menjadi tenang, berangsur-angsur mulailah bekerja kembali, jangan malah menjadi 'tenang' seterusnya. Karena ini juga jebakan setan, jangan terlena dengan ketenangan hati yang telah didapatkan. Kembali action dan bertindak. Ok, mungkin ini tips sederhana mengatasi rasa bosan (futur).