Thursday, October 27, 2011

Pembelajar Sejati

Apa yang dirasakan ketika kita terus belajar dan berlatih? Apakah kita menjadi merasa cukup pintar dan semakin hebat, atau justru semakin merasa kurang dan kecil karena begitu banyak hal yang belum terjelajahi. Jika hal kedua yang dirasakan, maka itu adalah pertanda baik sebagai seorang pembelajar. Pembelajar sejati senantiasa merasa kurang dan kurang.

Ilmu pengetahuan memang sangat luas, bahkan terlalu luas untuk dapat didokumentasikan. Satu bidang ilmu akan senantiasa melahirkan cabang-cabang ilmu yang setiap cabangnya akan melahirkan cabang-cabang lagi yang banyak. Maka tidak pantas bagi seorang pembelajar untuk bersikap sombong. Karena tidak ada seorangpun yang mampu menguasai seluruh bidang ilmu. Tetapi setiap orang pasti ahli dalam bidang tertentu jika ia menekuninya.

Mengapa semakin kita belajar semakin merasa kecil? Ya, karena semakin seseorang mengetahui sesuatu, maka semakin tahulah ia ketidaktahuannya yang banyak. Sebaliknya seseorang yang merasa cukup pintar, justru akan malas belajar, dan mungkin ia merasa sombong karena ia tidak tahu bahwa sebenarnya banyak yang ia tidak ketahui.

Dalam ilmu padi, semakin berisi maka akan semakin merunduk. Artinya semakin seseorang memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian, semakin rendah hati. Sedangkan dalam pepatah yang berbunyi, “Tong kosong nyaring bunyinya”. Kebanyakan orang yang tidak mengetahui apa-apa justru banyak berbicara dan membual.

Mari kita instrospeksi diri sendiri, tipe orang seperti apakah kita?

Wednesday, October 26, 2011

BELAJAR

Mendengar kata belajar, apa yang terbayang dalam benak pikiran kita? Buku, ujian, nilai, tugas, rapot? Atau kita membayangkan seorang anak sekolah yang sedang duduk rajin membaca buku, mengerjakan latihan soal. Ia melakukan itu semua untuk persiapan ujian agar mendapatkan nilai yang bagus. Mungkin apa yang dibayangkan oleh sebagian besar orang adalah sama. Mereka menganggap belajar adalah apa yang terbatas pada hal-hal tsb. Padahal sebenarnya belajar memiliki makna yang luas, tidak hanya terbatas pada kegiatan membaca, bayangan tentang anak sekolah yang sedang membaca buku hanyalah sebagian kecil dari kegiatan belajar yang sesungguhnya.

Belajar adalah sebuah aktivitas yang terus berlangsung sepanjang hidup manusia. Sejak manusia lahir, hingga dewasa dan tua.

Belajar hendaknya dipahami sebagai sebuah kebutuhan, bukan kewajiban. Jika belajar merupakan sebuah kebutuhan, maka tanpa perlu dipaksa atau diperintah seseorang akan belajar dengan sendirinya setiap hari. Karena ia menyukai kegiatan tersebut.

Belajar harus dipahami secara luas. Ia tidak hanya merupakan proses yang terjadi di dalam kelas atau sekolah formal. Belajar bukan hanya dengan membaca buku, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan, mengerjakan PR, menerima nilai dan rapot. Jika hanya sebatas itu, alangkah sempit ruang lingkup belajar. Belajar juga bukan dalam arti akademik saja yang hanya mementingkan aspek kognitif. Belajar juga perlu memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik seperti dalam teori belajar taksonomi Bloom. Kognitif adalah proses yang terkait dengan aspek-aspek intelektual atau berpikir nalar. Sedangkan afektif adalah proses yang terkait dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan, minat, sikap dan kepatuhan kepada aturan/moral. Psikomotorik adalah proses yang terkait dengan aspek-aspek keterampilan, syaraf, otot dan gerak. Jika ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik terpenuhi dalam proses belajar, maka akan terbentuk hasil belajar yang utuh.

Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apapun, misal di rumah, di keluarga, atau di masyarakat. Beberapa contoh kondisi belajar misalnya ketika ada seseorang yang mengganggu, lalu kita berusaha agar tidak terpancing emosi, itu merupakan proses belajar mengendalikan diri. Seorang anak yang membantu ibunya berjualan di warung atau toko dengan melayani pembeli adalah belajar berwirausaha. Ketika kita mencoba untuk disiplin shalat lima waktu, itu adalah belajar menghargai waktu. Ketika seseorang membantu menunjukkan jalan menuju suatu tempat kepada orang yang bertanya di jalan, itu juga merupakan belajar menolong orang lain.

Penulis pernah mendengar seseorang yang mengatakan bahwa saya sudah terlalu tua untuk belajar dan memiliki cita-cita. Ia berpikir percuma saja saya belajar, karena tidak akan bermanfaat. Berpikir seperti ini menurut penulis adalah kurang tepat. Karena belajar adalah sebuah proses yang berlangsung sepanjang hayat. Kolonel Sanders, seorang yang sukses sebagai pemilik bisnis waralaba KFC (Kentucky Fried Chicken) ternyata memulai usahanya ketika berusia 66 tahun. Dia menawarkan resep masakannya ke lebih dari 1000 restoran di negaranya.

Belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku hingga menjadi permanen atau tetap. Misalkan seseorang yang belajar memasak, maka setelah ia berhasil membuat berbagai jenis masakan artinya ia memiliki perilaku yang baru sebagai ahli memasak. Seseorang yang belajar untuk menabung secara konsisten, maka ia memiliki perilaku yang tetap sebagai seorang penabung. Sesorang yang mempelajari bahasa tertentu, maka jika tekun, ia akan memiliki perilaku yang baru sebagai orang yang menguasai bahasa tertentu yang dipelajarinya.

Oleh karena itu mari kita terus belajar, temukan potensi diri, pelajari hal-hal baru sesuai bidang yang kita tekuni, sehingga hidup akan selalu penuh warna, tantangan dan perubahan.

Sunday, October 23, 2011

PEMIMPIN ADALAH PELAYAN RAKYAT

Rakyat Banten baru saja mengikuti kegiatan pemilihan Gubernur Banten yang baru. Sabtu tanggal 22 Oktober 2011, mulai pukul 07:00 pagi hingga pukul 13:00 siang hari seluruh TPS di Banten siap melayani para pencoblos. Hari Sabtu pun menjadi hari libur bagi masyarakat Banten untuk mengikuti pesta demokrasi.
Tiga pasang calon yang akan dipilih rakyat adalah Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno dengan nomor urut satu, kemudian pasangan Wahidin Halim - Irna Narulita nomor urut dua dan pasangan nomor urut tiga Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki

Beberapa hari sebelum pencoblosan adalah hari-hari yang sibuk dengan kampanye, sosialisasi program, bahkan hingga acara debat calon gubernur yang ditayangkan secara live oleh salah satu stasiun TV swasta. Melalui acara ini setidaknya rakyat dapat menyimak program-program pembangunan Banten yang disampaikan oleh para calon. Tanpa adanya program acara debat di TV mungkin bagi masyarakat yang sibuk dengan aktivitasnya sehari-hari tidak akan sempat untuk membaca, mengenal atau mengikuti kampanye para calon. Melalui acara debat calon minimal rakyat mengetahui wajah-wajah calon pemimpin Banten dan cara mereka berbicara, penampilan, dsb. sehingga tidak asal pilih nantinya, tetapi benar-benar berdasarkan pilihan pribadi. Terkadang penampilan dan cara berbicara juga menjadi faktor penentu pilihan rakyat. Para calon yang berbicara dengan tenang, jelas, tegas, namun juga santai dan humoris mungkin akan banyak disukai. Walaupun sebenarnya program dan tindakan nyata dan jelaslah yang diperlukan rakyat. Bukan janji-janji yang akhirnya tidak juga ditepati.
Sudah lama masyarakat Banten dan juga tentunya masyarakat Indonesia memimpikan pemimpin yang betul-betul merakyat dan melayani rakyat. Pemimpin yang sadar betul bahwa mereka adalah pelayan, pengabdi untuk kepentingan rakyat. Pemimpin yang sadar bahwa segala tindakannya diawasi tidak hanya oleh rakyat, oleh presiden, oleh menteri, tetapi juga oleh pemimpin dari segala pemimpin, yaitu Allah S.W.T.
Pemimpin sebenarnya adalah pelayan rakyat, artinya seharusnya ia memang bekerja untuk rakyat. Bukan untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Pemimpin harus sejajar dengan rakyat dalam arti harus siap menderita seperti rakyat, bahkan siap miskin, lapar, menderita, susah seperti rakyat. Tetapi yang kita lihat adalah ironis, di saat pemimpin kenyang dengan hasil korupsi, banyak rakyat menderita busung lapar karena untuk mencari sesuap nasi saja susah. Ketika pemimpin memiliki mobil mewah yang sangat mahal untuk bepergian, rakyat masih banyak yang sulit untuk memiliki kendaraan pribadi minimal motor. Ketika pemimpin memiliki rumah mewah, besar dan megah, rakyat untuk kredit tipe rumah sangat sederhana saja sangat sulit.
Pemimpin yang melayani rakyat berarti setiap hari yang dipikirkan adalah rakyatnya. Terus bekerja keras, berusaha, bagaimana agar rakyat saya sejahtera secara adil dan merata di seluruh wilayah yang saya pimpin. Artinya tidak ada kesempatan baginya untuk santai, bersenang-senang, apalagi sampai melakukan korupsi.
Saatnya pemimpin berpikir bahwa jabatannya adalah untuk melayani rakyat. Ini bukan profesi untuk memperkaya diri sendiri, kalau ingin menjadi kaya jadilah pedagang atau pengusaha. Kalau menjadi pemimpin sambil menjadi pengusahapun, berhati-hati memisahkan mana tugas dan mana bisnis. Tidak mudah, karena pada akhirnya akan menjerumuskan juga pada korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sebaiknya para pemimpin merenungkan kata-kata Umar Bin Khatab, pemimpin besar Islam, seorang khalifah. Beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”