Friday, February 4, 2011

Kestabilan Emosi

Saya sangat mengagumi orang-orang yang memiliki kestabilan emosi. Orang-orang yang mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah, tanpa amarah, tanpa beradu fisik. Mampu menyampaikan yang benar tanpa kekerasan dan tanpa merendahkan orang lain. Inilah menurut saya orang-orang yang kuat. Orang yang kuat itu bukan yang mampu mengalahkan orang lain dengan fisiknya. Tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu melawan dirinya sendiri.
Hmmm, kira-kira siapa orang yang saya kagumi itu. Tentu saja yang pertama adalah Rasulullah Muhammad SAW. Beliau adalah orang yang paling kuat menurut saya. Bagaimana tidak, beliau yang diludahi, dilempar kotoran unta, dihina, tetapi tetap bisa tersenyum ikhlas, bukan senyum pahit seperti kita. Bahkan ketika giliran orang yang menyakiti beliau itu sakit, justru beliau adalah orang yang pertama menjenguknya, Subhaanallah, betapa luhur akhlak yang beliau contohkan. Masih banyak contoh-contoh lain yang Rasulullah berikan.

Suatu ketika beliau sedang duduk seorang diri beristirahat di bawah pohon kurma, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Da'tsur. Ia menghunus pedang di depan Rasulullah dan menodongkannya ke leher beliau dan berkata, "Siapa yang akan menolongmu?" Dengan tenang dan mantap rasulullah menjawab,"Allah". Mendengar jawaban tersebut Da'tsur langsung gemetar, lemas sekujur tubuhnya hingga terjatuh pedangnya, lalu rasulullah mengambil pedang itu dan balik menodongkannya ke leher Da'tsur,"Sekarang siapa yang akan menolongmu?", seru beliau. "Tidak ada wahai Muhammad, kecuali engkau mau menolongku!" Saya benar-benar terkesan membaca atau mendengar kisah tersebut, walaupun tidak menyaksikan langsung dan hidup di zaman itu, tetapi terbayang ketenangan dan keyakinan hati seorang Rasulullah.

Bagaimana dengan kita? Kita yang setiap hari menghadapi masalah dalam kehidupan. Dibutuhkan kestabilan emosi dalam menghadapinya. Dan itu tidak mudah untuk dilaksanakan. Tetapi nikmat rasanya ketika berhasil menguasainya. Ini memang perlu latihan dan latihan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita berada di posisi yang benar, dan orang lain salah, tetapi kita menyerang orang tsb. dan menyampaikan kebenaran itu dengan marah-marah, merendahkan orang tsb. Maka tidak akan baik juga hasilnya. Yang terjadi justru orang tsb. akan semakin lari dan jauh dari kebenaran. Apalagi jika kita berada di posisi yang salah. Sudah salah, ngotot lagi. Alangkah malunya ketika menyadari bahwa kita salah.

Mungkinkah bertarung tanpa emosi atau hawa nafsu? Nampaknya dalam pertarungan tidak mungkin dapat dipisahkan dari emosi atau hawa nafsu amarah. Karena energi marah inilah yang membuat kita menyerang orang lain, baik secara fisik, dengan kata-kata atau mental. Namun sebenarnya inilah rahasia kemenangan orang-orang besar sepanjang zaman. Mereka memiliki kemampuan menahan diri, tidak mudah terpancing, sehingga selalu dapat memenangkan pertarungan dengan cantik, bahkan tanpa melukai atau menghancurkan lawan. Bahkan lawan akan berbalik menjadi kawan.