Tuesday, September 30, 2008

Tiga Profesi Langka di Indonesia


Tahukah Anda tiga macam jenis profesi yang langka di Indonesia ini? Bagi saya mungkin karena kelangkaan orang-orang yang mau terjun ke bidang inilah yang membuat bangsa ini selalu terbelakang dan miskin. Karena ternyata di negara-negara maju tiga macam profesi ini yang membuat mereka berjaya. Apakah tiga macam profesi langka tsb? Yaitu adalah pengusaha, peneliti, dan penulis.

Profesi yang paling banyak dicari oleh masyarakat Indonesia adalah karyawan dan pegawai negeri sipil. Kita hanya berpikir nyaman, memperoleh gaji tiap bulan tanpa harus bekerja dan berpikir cerdas dan keras. Mungkin tidaklah berlebihan jika beban pemerintah akan semakin berat saja jika semakin banyak masyarakat Indonesia yang hanya berpikir untuk menjadi karyawan atau pegawai negeri saja. Walaupun memang profesi apapun baik asalkan halal. Bangsa kita memang hanya menginginkan segala sesuatunya serba instant dan mudah.

Jika kita memang ingin maju, memimpin perubahan, tidak terbelakang, miskin dan terus-menerus terjajah, maka tiga macam profesi tadi harus menjadi pilihan utama bangsa ini.

Pertama adalah pengusaha, mereka adalah orang-orang yang menggaji dirinya sendiri. Pengusaha di bidang apapun, asalkan halal. Pengusaha itu berjiwa mandiri, menolong dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Mereka tidak cengeng, tidak menuntut kenaikan gaji atau meminta tunjangan kepada pemerintah. Mereka memimpin dan menjadi tempat bergantung orang-orang yang mencari pekerjaan. Ummat Islam di masa kejayaannya dulu juga banyak sekali yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang. Seperti kisah Abdurrahman bin Auf yang cukup terkenal. Beliau hanya meminta ditunjukkan di mana letak pasar ketika pertama hijrah ke Madinah. Ummat Islam pada masa itu menjelajah berbagai negeri, mensyiarkan Islam dan mereka berdagang. Betapa terbantunya pemerintah kita jika banyak yang menjadi pengusaha di Indonesia. Karena pengusaha itu menghasilkan dan memutar roda ekonomi, menjadi subyek bukan obyek. Mereka produktif, tidak konsumtif.

Kedua adalah peneliti, mereka ini adalah para ilmuwan, profesor, doktor, penemu dalam bidang apapun. Profesi peneliti juga masih sangat langka di Indonesia. Tradisi untuk mencari ilmu, menemukan teori dan produk baru adalah budaya negara-negara maju saat ini. Sedangkan negara kita entah karena malas, tidak ada dana atau memang kurang diperhatikan oleh pemerintah sangat jarang orang yang mau menjadi peneliti atau ilmuwan. Kalaupun ada hanyalah sebagai profesi biasa, tidak menghasilkan produk yang inovatif dan dapat bersaing. Ini dapat kita lihat dari produk-produk yang kita gunakan sehari-hari, lebih banyak manakah, produk asli dalam negeri atau produk impor? Mulai dari motor, mobil, peralatan dapur, bahkan kedelai dan beraspun kita impor, padahal kita ini negara agraris. Peneliti adalah orang yang mengabdikan hidupnya untuk menemukan sesuatu yang baru, bermanfaat bagi orang banyak. Mereka memikirkan tentang alam ciptaan Allah S.W.T yang maha luas ini, bagaimana sebagai khalifah di muka bumi kita bersyukur dan memanfaatkan kekayaan alam untuk kesejahteraan namun sekaligus tetap melestarikannya. Di negara-negara maju peneliti mendapat tempat yang terhormat. Mereka bekerja meneliti, menciptakan dan mengembangkan produk baru yang belum ada di pasar. Mereka bekerja di depan, memimpin perubahan. Contohnya di Jepang, perusahaan Honda telah berhasil menciptakan mobil tenaga air. Apakah mobil ini tercipta begitu saja? Tentu tidak, tetapi ini tercipta berkat kerja keras para ilmuwan dan peneliti. Mereka tidak diam begitu saja, walaupun Honda memang telah diakui dunia sebagai perusahaan otomotif yang besar, namun para peneliti tetap bekerja di balik layar mengembangkan inovasi-inovasi baru. Ummat Islampun di masa kejayaannya banyak sekali para ilmuwan, sebut saja Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Kindi, dll. Penelitian memang membutuhkan keikhlasan, kesabaran, ketekunan, tetapi akan berdampak besar dan bernilai jangka panjang. Bagi yang menemukan dan menciptakan produk tsb. juga akan menjadi amal jariyah jika pada akhirnya dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Ketiga, adalah penulis, profesi ini juga langka di Indonesia. Padahal tradisi ini sangat kental di negara-negara maju, mereka menulis apa saja yang bermanfaat bagi orang banyak. Baik itu ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, agama, motivasi, dll. Dengan menulis juga berarti kita membagi ilmu pengetahuan yang kita miliki kepada orang lain. Dan inipun dapat menjadi amal jariyah di saat kita sudah di alam kubur, ilmu yang bermanfaat ketika dibaca oleh orang yang masih hidup, lalu mereka mendapatkan manfaat dan mengamalkannya. Maka kitapun memperoleh royalti dari Allah S.W.T berupa pahala amal jariyah. Bangsa Indonesia akan maju jika menulis menjadi tradisi bagi setiap orang, sehingga dapat saling berbagi ilmu. Mengurangi kebodohan, sehingga tidak dibodohi terus-menerus. Kita akan menjadi bangsa yang cerdas dan bermartabat.

Nah, marilah kita memulai tradisi untuk menjadi pengusaha, peneliti dan penulis sesuai kapasitas diri kita masing-masing. Apapun profesi kita saat ini. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil-kecil dan mulai saat ini juga. Yang lebih langka lagi adalah orang yang mampu menggabungkan ketiga karakter tsb. di dalam dirinya. Yaitu seorang pengusaha yang juga peneliti dan menulis pengalaman dan ilmu pengetahuannya bagi orang lain. Saya pernah mendengar istilah technopreneur, yaitu seseorang yang ahli di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tertentu kemudian mampu juga mengembangkannya menjadi bisnis dan kekuatan ekonomi. Maka, saya ingin menambahkannya lagi menjadi writertechnopreneur. Yaitu orang yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi lalu mengembangkannya menjadi bisnis dan kekuatan ekonomi, lalu menulis dan berbagi terhadap sesama. Majulah Indonesiaku!

1 comment:

  1. Pemikiran yang bagus bung
    berjuanglah bersama untuk kemajuan bangsa Indonesia. Sehingga Indonesia menjadi betul Merdeka Rakyatnya, Hatinya dan Akhlaknya.
    Amin.

    From Rachman

    ReplyDelete