Tulisan ini kubuat
karena teringat pesan Sensei ketika
dahulu di SMP aku mengikuti ujian kenaikan tingkat karateka dari sabuk kuning
ke sabuk hijau. Sensei adalah
panggilan untuk seorang guru karate. Ya, aku mengikuti kegiatan ekstra kurikuler karate di sekolah,
kegiatan yang berada di bawah naungan Lemkari (Lembaga Karatedo Indonesia).
Ujian dilaksanakan di Polres Serang selama dua hari satu malam, Sabtu dan
Minggu benar-benar menguras tenaga, namun ada suatu hikmah menarik dari
kegiatan yang aku alami waktu itu.
Saat itu pagi hari Sabtu
di sebuah lapangan upacara yang biasa digunakan polisi untuk apel pagi dan
upacara. Kami dengan nikmat menyantap sarapan pagi berupa bubur kacang hijau,
satu butir telur rebus dan minuman air mineral. Selama seharian ini kami akan mengikuti
sebuah latihan yang cukup padat hingga sore hari. Ya, latihan fisik dan
mental.
Pagi hari sudah dimulai
dengan pemanasan lari pagi, kemudian peregangan, senam, sit-up dan push-up.
Dilanjutkan dengan gerakan-gerakan dasar pukulan (tsuki), tendangan (geri)
dan tangkisan (uke). Kemudian
dilanjutkan dengan latihan kata. Kata adalah sebuah istilah dalam karate
yang berisi rangkaian gerak bela diri (jurus) mulai dari kata 1, kata 2, kata 3, kata
4, dst.. dengan tingkat kesulitan yang semakin meningkat dari sabuk putih
hingga sabuk hitam.
Dalam latihan ini kami
berbaris di tengah lapangan yang cukup panas karena semakin siang terik
matahari semakin terasa. Namun itu semua harus ditahan. Latihan dilaksanakan
cukup disiplin, setiap gerakan harus dilakukan dengan benar, serempak,
bertenaga dan berulang-ulang. Jika seseorang dari kami melakukan kesalahan Sensei akan dengan tegas memerintahkan
kami untuk push-up 20 kali. Jadi,
konsentrasi, kesabaran, respon dan daya tahan benar-benar dilatih. Hari Sabtu
kami dilatih dengan keras karena besoknya hari Minggu adalah pelaksanaan ujian
yang sebenarnya.
Selepas istirahat siang,
sholat Dhuhur, dan makan, kegiatan dilanjutkan dengan kumite. Sebuah istilah dalam karate yang berarti pertarungan atau
bertanding satu lawan satu. Mental dan teknik benar-benar diuji di dalam kegiatan
kumite.
Cukup melelahkan
kegiatan yang dilakukan hingga sore hari. Sehingga membuat aku berpikir, jika
seperti ini apa besok kami memiliki cukup tenaga untuk ujian kenaikan tingkat? Jangan-jangan
kami malah kelelahan hingga tak mampu bergerak.
Malam hari kegiatan
dilanjutkan, setiap sesi latihan tidak selalu dengan sensei yang sama. Sebelum
dan sesudah latihan kami selalu diberikan nasehat-nasehat dan motivasi supaya
tetap semangat.
Ada sebuah nasehat yang
cukup berkesan dan membekas hingga kini aku membuat tulisan ini dari seorang Sensei (semoga beliau memperoleh amal
zariyah atas nasehatnya). Saat itu kami duduk di dalam ruangan aula yang cukup
besar, di malam hari. Lampu cukup remang, kami duduk seperti orang dalam posisi
duduk di antara dua sujud ketika shalat. Semua diam dan hening, mengatur
pernafasan. Ketika itu seorang Sensei
sedang memberikan petuahnya, beliau berkata dengan suara yang cukup dalam dan
berwibawa. Beliau mengatakan bahwa yang diperlukan dari semua kegiatan ini
adalah SEMANGAT. Tanpa semangat, semua kegiatan yang kalian lakukan nilainya
NOL. Betapapun lelahnya, ketika ada semangat di dalam dada, maka semua itu akan
sirna. Dan sebuah nasehat lagi yang seolah-olah menjawab pertanyaanku ketika
latihan adalah, bahwa jangan berpikir bahwa hari Sabtu ini hingga malam hari
saya akan menghemat tenaga saya untuk ujian besok. Jangan berpikir saya akan
melakukan gerakan-gerakan latihan dengan santai tanpa tenaga, agar tenaga saya
cukup untuk ujian besok.
Lakukan semua latihan-latihan ini dengan FULL
POWER, tenaga, niat dan hati yang penuh. Maka esok hari, kalian
akan mendapatkan energi yang lebih besar dari energi yang digunakan ketika
latihan.
Namun jika latihan
dilakukan dengan setengah-setengah, maka esok hari juga akan setengah hasilnya
bahkan mungkin lebih buruk lagi.
Nasehat itu masih aku ingat hingga sekarang,
bahwa melakukan apapun yang baik harus dengan FULL POWER. Tentunya juga dengan niat yang ikhlas dan tulus. Dan
itu memang benar-benar terbukti. Ketika dalam satu hari kita melakukan sesuatu
dengan tidak maksimal, malas atau dengan berpikir untuk menghemat tenaga dan
pikiran. Justru yang terjadi adalah tenaga dan pikiran kita semakin menyusut.
Tetapi ketika berniat untuk melakukannya dengan sepenuh hati dan tidak
menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Maka yang terjadi bukanlah kita menjadi
lelah, tetapi tenaga dan pikiran justru semakin meningkat dan berkembang. Yah,
fisik mungkin secara alami akan terasa lelah, tetapi ketika pikiran kita FULL POWER, kelelahan itu tidak akan
begitu terasa, cukup dengan beristirahat atau tidur saja. Setelah bangun nanti
tenaga dan pikiran kita sudah segar kembali dan berlipat.
Hal ini bisa kita buktikan dengan melakukan
percobaan sederhana, cobalah selama 2 jam kita hanya duduk diam di sebuah kursi
tidak melakukan apapun. Kemudian pada kesempatan berikutnya selama 2 jam itu
kita melakukan aktivitas, misalnya membaca buku, bersepeda, menulis, membereskan
ruangan, atau apa saja yang positip.
Rasakan perbedaannya, justru hanya duduk diam selama 2 jam itu cukup melelahkan
dan membosankan bukan?
Jadi, apapun profesi, bidang dan pekerjaan kita, lakukan semuanya dengan niat yang ikhlas, sepenuh hati, FULL POWER, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, efektif dan efisien. Jangan berpikir tentang gaji yang saya terima sama saja, apakah saya berbuat maksimal atau biasa-biasa saja. Hukum kekekalan energi sudah menjadi ketentuan atau sunatullah bahwa barang siapa berbuat yang terbaik, maka dia akan mendapatkan yang terbaik juga bahkan berlipat. Sedangkan yang berbuat setengah hati, hasilnya juga akan setengah bahkan kurang.
No comments:
Post a Comment