Thursday, May 23, 2013

Berpikir Mendalam

Agak terkejut juga setelah saya mencoba berdialog dengan teman-teman yang memiliki paham Atheisme dalam sebuah grup di facebook. Ternyata kelompok-kelompok seperti ini memang ada. Bahkan di negara Indonesia yang religius, dan mayoritas muslim. Ternyata ada orang-orang di dunia ini yang begitu meninggikan rasionalitas, akal, ilmu pengetahuan dan teknologi di atas segalanya. Hmmm..tidak ada yang salah memang, manusia modern memang harus rasional, menggunakan akal dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi. Akan tetapi jangan sampai tercabut dari fitrah kesejatian diri manusia. Orang-orang yang mengagungkan otak dan akal ini tidak mengakui, menolak keberadaan Tuhan, hari kebangkitan, negeri akherat (surga dan neraka), bahkan anehnya lagi menolak keberadaan ruh yang artinya menolak keberadaan diri mereka sendiri.

Selama ini saya hanya membaca teori-teori sekilas tentang paham Atheisme ini dari buku atau internet. Namun setelah berdialog langsung dengan mereka, ternyata mereka memang ada. Tuhan bagi mereka hanyalah hayalan dari orang-orang yang belum memiliki pemahaman tentang hukum alam. Ketika terjadi tsunami atau gunung meletus, orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan menganggap itu adalah kemarahan dewa atau Tuhan karena keingkaran mereka. Padahal itu adalah gejala alam biasa yang dapat dijelaskan secara sains.

Asal-usul manusia dan makhluk hidup bagi mereka adalah melalui teori evolusi, dan manusia memiliki satu nenek moyang yang sama dengan kera. Dan seluruh makhluk hidup awalnya adalah satu nenek moyang. Berasal dari satu sel yang terbentuk secara spontan atau kebetulan, acak pada zaman milyaran tahun yang lalu, yaitu teori abiogenesis. Sangat bertentangan dengan keyakinan Islam yang menyebutkan bahwa nenek moyang manusia adalah Nabi Adam A.S.

Manusia yang mati, bagi penganut Atheisme, ya mati saja seperti tidak pernah ada. Tidak peduli apakah seseorang itu baik atau jahat hidupnya di dunia. Tidak peduli apakah seseorang telah menerima hukuman kejahatannya di dunia atau telah menerima keadilan atas dirinya yang teraniaya. Hidup hanyalah dunia ini, tidak ada alam lain, negeri akherat hanya dongeng. Bahkan seorang tokoh saintis Atheis besar abad ini yang masih hidup  yaitu Stephen Hawking mengatakan bahwa surga hanyalah dongeng bagi orang yang takut gelap. Seseorang yang mati, ya sama saja seperti sebuah komputer yang rusak, tidak akan dapat berbuat apapun lagi, hilang, lenyap, sel-sel tubuhnya akan kembali di daur ulang oleh alam. Tidak ada yang namanya ruh, manusia hanya setumpuk daging, tulang, darah, syaraf, sel, dan otak adalah panglimanya.

Bagaimana dengan masa depan? Masa depan bagi Atheis adalah milik ilmu pengetahuan, bahkan lebih ekstrimnya lagi, mereka tengah berusaha keras untuk membuat manusia dapat hidup abadi. Yah, manusia itu menjadi tua karena setiap saat sel-sel yang rusak akan digantikan oleh sel-sel yang baru, namun ada suatu bagian sel yang bernama Telomer, yang akan terus memendek setiap sel membelah, sehingga pada akhirnya nanti sel yang rusak tidak akan dapat digantikan oleh sel baru, itulah yang disebut masa tua. Ilmuwan berusaha keras bagaimana supaya sel-sel manusia ini dapat terus beregenerasi tanpa batas. Sehingga manusia dapat hidup abadi. Padahal dalam  QS. An-Nisa' [4] : 78 Allah telah menegaskan:

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

Andaipun saintis Atheis berhasil membuat hidup manusia abadi, apakah mereka mampu menghindar dari kematian dan kerusakan besar yang terjadi pada hari kiamat nanti?

Masih cukup banyak hal-hal aneh lainnya yang dibahas di grup ini. Sekilas pernyataan-pernyataan mereka begitu masuk akal, intelektual, terpelajar, modern, mengikuti perkembangan sains. Dan orang-orang beragama bagi mereka adalah orang-orang yang tertinggal dan terbelakang.

Bagaimana sikap seorang muslim menghadapi hal-hal seperti ini? Tentu saja modal terpenting adalah keimanan, dan berpikir mendalam. Kalau dikupas lebih jauh, maka sesungguhnya orang-orang Atheis itu menyimpang dari kesejatian ilmu pengetahuan. Mereka mungkin memang berbangga bahwa orang-orang yang menciptakan komputer, facebook, alat transportasi dan komunikasi modern saat ini kebanyakan adalah orang-orang tak ber-Tuhan dan tak beragama, padahal sebenarnya tidak ada hubungannya dengan ke-Atheisan, itu terjadi karena kesungguhan dalam belajar hukum-hukum alam. Sebenarnya itu hanyalah kemajuan dalam hal teknik, kemajuan-kemajuan yang seharusnya semakin mendekatkan seseorang pada fitrah diri manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, mengakui kebesaran Tuhan dari keluarbiasaan alam ciptaan-Nya ini. Akan tetapi sayang yang terjadi adalah sebaliknya. 

Pada masa zaman keemasan Islam abad pertengahan, sama sekali tidak ada pemisahan antara sains dan agama. Antara spiritualitas dan ilmu pengetahuan. Seorang ahli kedokteran, matematika, astronomi juga adalah seorang yang ahli ibadah, hafal Qur'an, hadits, dan tunduk pada Allah. Kita mengenal nama-nama besar ilmuwan muslim seperti Ibnu Sina, Al-Khwarizmi, Ibnu Rushd, dll. dapat dibaca di http://islamislogic.wordpress.com/100-ilmuwan-muslim/ .

Sudah saatnya ummat Islam bangkit kembali memegang kendali ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan mulai mau belajar dari hal-hal yang kecil hingga besar. Bercita-cita yang tinggi tanpa meninggalkan keimanan, tanpa meninggalkan Dienul Islam.

Dahulu kita tidak ada di dunia ini, tiba-tiba kita ada di dunia ini. Apakah ini terjadi dengan sendirinya? Kebetulan kita ada di sini? Dari mana, mau apa, mau ke mana, apa tujuan hidup, ada apa setelah mati? Dahulu tidak ada, kemudian ada, dan jika nanti mati, bukan suatu hal yang mustahil dan aneh jika kita dibangkitkan lagi hidup di alam akherat untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan kita di dunia.





No comments:

Post a Comment