Saturday, June 8, 2013

Jalan-jalan ke Pasar


Sabtu pagi tanggal 8 Juni 2013, sekitar jam 06:00 tadi, aku menemani istri dan anak ke pasar baru kota Cilegon. Yah, istri bilang kalau beli bahan makanan seperti ikan, sayur, dll.. jauh lebih murah dibanding di toko sembako atau tukang sayur keliling. Lagipula, pasarnya tidak terlalu jauh, sekitar 1 km saja lewat perumahan Metro Cilegon sudah sampai. Sambil membawa si kecil Naureen yang sudah berusia 4 tahun lebih, dan bulan Juli nanti masuk ke sekolah taman kanak-kanak. Semakin sering membawa anak ke berbagai tempat yang berbeda-beda sambil mengajaknya berbicara tentu akan semakin menambah wawasannya, mempercepat perkembangan otaknya, terhubungnya milyaran sel-sel syaraf di otak sehingga meningkatkan kecerdasannya. Seminggu sekali anak perlu di bawa ke tempat-tempat keramaian seperti pasar, tidak hanya mall yang bersih, ber-AC, penuh dengan aneka permainan dan barang-barang menarik. Tetapi anak juga perlu untuk mengetahui pasar tradisional yang mungkin kondisinya berbeda, seperti kita semua tahu, becek, bau dan panas. Awalnya anak jika diperhatikan agak rewel juga melihat kondisi pasar dan mencium bau amis ikan dan daging. Namun, lama-kelamaan senang juga karena di sana ia dapat melihat berbagai hal, misalnya aneka ikan dari yang kecil hingga besar dengan berbagai jenisnya, seperti bawal, lele, kakap, mujahir,emas, tongkol, bahkan hiu. Ada yang masih hidup, atau yang sudah mati diawetkan dalam es. Cukup cerewet juga Naureen bertanya dan mengomentari berbagai hal yang ada di pasar, namun itulah anak dengan berbagai rasa penasarannya.

Memasuki gerbang pasar, terpampang plang berbunyi Kebersihan Kota adalah Tanggung Jawab Kita Bersama. Pasar Baru di Kota Cilegon ini disebut juga Pasar Kranggot, lokasi lama pasar dijadikan taman kota, sehingga berpindah ke lokasi yang baru (daerah Kranggot). Ketika memasuki gerbang pasar ini, jalan terbagi dua arah, yaitu arah masuk dan keluar, dan ditengahnya dipisahkan sebuah saluran air (got) yang cukup lebar dan dalam. Di kiri dan kanan jalan masuk pasar ini sudah ramai oleh berbagai pedagang, terutama sayuran. Pedagang-pedagang yang tidak menggunakan kios, hanya menggelar dagangannya menggunakan alas seadanya. Jalan masuk pasar ini saja sudah ramai, mulai dari pejalan kaki, pendorong gerobak, mobil angkot (angkutan kota), motor dan ojeg campur baur. Sehingga kemacetan-kemacetan kecil yang kadang terjadi adalah hal biasa yang sering terjadi, dan orang-orang nampaknya sudah memakluminya. 

Dari tata letak dan kondisi jalan sebenarnya sudah cukup baik, masuk agak ke dalam sudah tersedia terminal untuk angkot dan parkir motor. Pada bagian dalam pasar, juga sudah tersedia kios-kios dengan peruntukan masing-masing. Misal ada kios-kios khusus daging, ikan, sayur dan bumbu, pakaian, dll. Tetapi ada satu hal yang mungkin menurut saya menjadi pemandangan yang tidak sedap, yaitu sampah.

Selesai berbelanja di dalam pasar, menuju arah keluar, saya menghentikan motor sejenak tepat di pinggir saluran air. Karena istri hendak membeli beberapa sayuran lagi. Sejenak melihat kondisi got di samping, yah, penuh dengan sampah, baik itu plastik, kertas, botol, sisa makanan, dll. Dan para pedagang di pinggir jalan saya perhatikan begitu santai saja membuang sampah ke saluran air yang cukup lebar itu. Mungkin mereka sudah menganggap itu adalah hal yang biasa saja. Namun bagi saya, ini adalah sebuah cermin dari masyarakat Indonesia yang masih banyak tidak sadar akan lingkungan dan kesehatan. Padahal mungkin menurut saya tidaklah sulit untuk menyimpan sampah sementara di dalam plastik atau wadah lain, nanti begitu ada tempat sampah, baru kita membuangnya ke sana. Atau mungkin pemerintah kota Cilegon perlu untuk menyediakan banyak tempat sampah di lokasi-lokasi yang strategis sekaligus memberikan penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.


Dari segi keindahan saja sudah terganggu, melihat saluran air yang hitam, bau dan penuh sampah. Apalagi dari segi kesehatan, tentu berbagai penyakit akan bersarang di sana. Belum lagi jika nanti sampah-sampah tersebut menumpuk yang akan menyumbat saluran air jika terjadi hujan.

Kita memang perlu mempertahankan pasar tradisional, karena di sinilah sebenarnya kekuatan ekonomi berpihak pada rakyat. Akan tetapi mungkin perlu untuk dipikirkan bagaimana membuat pasar tradisional menjadi tempat yang nyaman, bersih, indah dan teratur. Belum lagi masalah jaminan kesehatan dari bahan pangan yang dijual, apakah terbebas dari zat-zat berbahaya, seperti pengawet dan sebagainya.

Istriku akhirnya selesai berbelanja, dan kamipun melanjutkan perjalanan pulang. Semoga tulisan kecil ini bermanfaat bagi diri saya pribadi dan siapapun yang membacanya. Amin.

No comments:

Post a Comment