Sunday, August 7, 2011

Amal yang Tidak Terputus

Manusia modern abad ini selalu mencari cara untuk membuat suatu sistem yang bekerja secara otomatis dan menghasilkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Sistem yang tetap bekerja dan memberikan kesejahteraan walaupun ia tidak berkecimpung lagi di dalamnya. Ini adalah sistem dalam bidang ekonomi yang sering disebut sebagai passive income.

Passive income adalah penghasilan yang terus mengalir walaupun seseorang sudah tidak bekerja lagi. Ini adalah cara cerdas manusia dalam mengefektifkan dan mengefisienkan waktu. Robert Kiyosaki mengenalkan teori Cashflow Quadrant yang membagi manusia dalam empat quadrant dalam memperoleh penghasilan. Yaitu tipe pegawai, pekerja lepas, pemilik usaha, dan penanam modal. Quadrant keempat adalah yang tertinggi, di mana seseorang tidak perlu bekerja lagi untuk mendapatkan penghasilan, karena sudah terbentuk sebuah sistem yang bekerja 24 jam menghasilkan profit bagi dirinya. Namun teori Cashflow Quadrant ini hanyalah untuk kesejahteraan di dunia.

Ternyata 14 abad yang lalu, jauh sebelum Robert Kiyosaki mempopulerkan teori Cashflow Quadrant, Rasulullah Muhammad SAW telah mengenalkannya, walaupun bukan dalam bidang ekonomi, tetapi jauh lebih luas lagi menembus dimensi alam dunia hingga alam kubur dan akherat. Ini dapat dibaca dalam hadits Hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad:

عَنْ أبِى هُرَيْرَة (ر) أنَّ رَسُول الله .صَ. قَالَ: إذَا مَاتَ الإنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ:

صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, اَووَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُولَهُ (رواه ابو داود)


“Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang mendo’akannya”.

Dalam bidang amal, ternyata terdapat juga teori Cashflow Quadrant ini. Ketika kita berbuat suatu amal kebaikan misalnya, maka kita mendapatkan pahala. Namun ketika kita tidak melakukannya, tentu tidak mendapatkan pahala. Apalagi setelah kita mati, terputuslah kesempatan untuk beramal dan mendapatkan pahala. Hanya tinggal menunggu hisab (perhitungan amal), jika lebih banyak kebaikannya, kita akan beruntung. Jika sebaliknya kita merugi. Tetapi ada cara cerdas agar pahala dari suatu amal tsb. akan terus mengalir walaupun kita sedang tidak melakukannya atau karena sudah meninggal dunia. Yaitu dengan mengajarkan amal tsb. kepada orang lain. Mengajarkan ilmu kepada orang lain, tentunya ilmu yang bermanfaat. Maka, setiap seseorang mengamalkan ilmu yang bermanfaat yang didapatkan dari usaha kita mendidiknya, kitapun akan ikut mendapatkan bagian pahalanya. Bagaimana jika banyak orang yang kita ajarkan, dan bagaimana pula jika setiap orang-orang tsb. mengajarkannya lagi. Tentu pahala akan mengalir deras ke pundi-pundi rekening akherat kita. Mirip seperti profit yang didapatkan seorang pengusaha pemasaran jaringan berjenjang yang sukses. Ilmu yang bermanfaat dapat diabadikan dalam bentuk catatan, tulisan, buku dan lain-lain sehingga itu akan menjadi investasi akherat kita.

Selain ilmu yang bermanfaat, dalam hadits tsb. juga disebutkan anak yang sholeh. Suatu ketika di akherat nanti seorang akan merasa heran dengan derajat tinggi yang diperolehnya dari Allah SWT di surga. Padahal ia merasa tidak pernah melakukan suatu amaliyah yang spesial. Ternyata ketinggian derajat itu disebabkan oleh istighfar sang anak yang soleh dan terus mendoakan orang tuanya. Maka, anak adalah investasi kita juga untuk keselamatan di akherat. Maka, mari kita didik dan bekali ia dengan ilmu, terutama ilmu untuk mengenal Sang Pencipta. Jika kita berhasil dan sukses mendidiknya, dengan mengorbankan harta, waktu, uang dan tenaga, maka bersiaplah menerima ketinggian derajat dari Allah SWT.

Yang berikutnya adalah sedekah jariyah. Yaitu suatu sedekah yang pahalanya akan terus mengalir walaupun si pemberi sedekah telah meninggal dunia. Contohnya adalah, mewakafkan sebuah tanah dan membangun sebuah Masjid, mendirikan sebuah yayasan untuk mendidik anak-anak jalanan, membagi-bagikan Al-qur'an, menanam pohon sehingga orang lain dapat menikmati buahnya atau berteduh di bawahnya, dan lain-lain.

Ummat rasulullah Muhammad SAW memang diberikan usia yang pendek. Mungkin antara 60 tahun, dan jika sudah 90 tahun merupakan usia yang cukup panjang. Tidak seperti ummat-ummat terdahulu yang usianya hingga mencapat ratusan. Tetapi bukan berarti usia yang pendek, maka kesempatan beramal dan memperoleh bekal untuk kehidupan di akherat kita menjadi terbatas. Banyak cara-cara cerdas yang sudah diajarkan oleh Rasul, salah satunya dari hadits tsb. di atas. Belum lagi pada bulan Ramadhan kali ini, Allah melipatgandakan pahala amal menjadi sangat besar, bahkan ada suatu malam yang lebih baik dari 1000 bulan, itulah malam lailatul qadar.

No comments:

Post a Comment