Wednesday, January 18, 2012

Pembelajaran yang Menyenangkan


Manusia selalu menyukai kegiatan yang menyenangkan. Segala aktivitas apapun yang menyenangkan pasti banyak yang mau mengikutinya dengan sukarela tanpa harus dipaksa. Contohnya jika kita mengundang untuk mengadakan acara makan dan piknik gratis pasti akan banyak peserta yang mendaftar. Sebaliknya tidak mudah bagi kita untuk mengundang orang mengikuti kegiatan kerja bakti misalnya. Termasuk dalam kegiatan belajar dan mengajar, jika dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan tentu banyak peserta didik yang menyukainya.


Belajar adalah kegiatan yang baik dan positip karena akan meningkatkan sikap, tingkah laku dan kemampuan yang baru bagi individu. Pada akhirnya hasil belajar itu akan dapat dimanfaatkan seseorang bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya. Akan tetapi terkadang kegiatan belajar adalah sesuatu yang membosankan, menekan, bahkan membuat stress dan menakutkan. Mengapa ini bisa terjadi? Setelah diamati yang menjadi masalah bukanlah pelajarannya yang sulit, tetapi sikap sang guru itu sendiri dan kondisi belajar yang kaku, monoton dan menekan yang membuat semua itu terjadi. Guru yang masih cenderung berpikir bahwa anak hanyalah gelas kosong yang siap diisi. Guru juga sering mengecap bahwa anak yang tidak mampu adalah anak bodoh.


Kita dapat belajar dari Finlandia, yang merupakan negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Ini berdasarkan Penilaian yang dilakukan Program for International Student Assessment, PISA (Program for International Student Assessment) yang merupakan bagian dari Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development). Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang menyatakan setiap orang memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mereka yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu semestinya tidak ditinggalkan. Sebagai seorang pendidik, filsafat seperti ini semustinya dapat kita terapkan dalam kegiatan pembelajaran. 

Kita harus menyadari bahwa semua peserta didik memiliki potensi dan minat yang berbeda-beda. Karena perbedaan itulah setiap manusia dilahirkan untuk dapat saling mengisi. Tidak ada yang tidak memiliki peran, semuanya berperan bagi kemakmuran dunia. Baik itu sebagai pemimpin, pejabat ataupun rakyat biasa semuanya memiliki peran yang tidak dapat diremehkan. Karena setiap orang memiliki kemampuan, bakat, kemauan dan kepribadian yang berbeda-beda, maka tidak dapat dipaksakan bahwa semua anak harus mengejar target prestasi yang sama. Jika hal ini dilakukan justru hanya akan menghambat berbagai potensi yang ada pada peserta didik itu sendiri. Akhirnya pembelajaran menjadi bersifat monoton, kaku dan hanya mengejar target nilai peserta didik semata yang dinyatakan dalam angka-angka. 

Suasana belajar di negara Finlandia dapat menjadi contoh. Peserta didik tidak diwajibkan untuk mengenakan seragam sekolah, mereka memakai pakaian biasa seperti ketika bermain di rumah. Begitu juga guru dan kepala sekolah. Dari cara berpakaian yang tidak formal seperti itu saja sudah dapat menciptakan suasana yang cair dan rileks. Kegiatan belajar juga berpusat pada aktivitas siswa yang menyenangkan. Siswa sebagai subjek yang beraktivitas dan belajar.


Ketika peserta didik sudah menyukai belajar tentunya mudah baginya untuk menguasai pelajaran tsb. Karena tidak ada rasa tertekan, takut salah dan dikejar target-target nilai. Tanpa di perintah mereka akan belajar dengan sendirinya karena belajar adalah hobi yang menyenangkan. Kita dapat melihat proses belajar pada anak kita sendiri di rumah yang begitu ceria berlari kesana kemari, mencorat-coret kertas dan dinding rumah, membaca buku cerita dan dongeng bergambar, menghitung, mengikuti gerakan senam anak yang kita tayangkan menggunakan DVD player, mewarnai. Bahkan terkadang anak ikut membantu kita ketika kita mencuci motor, menyiram bunga, memasak, membuat minuman, menyapu, dll. Anak juga sering sekali bertanya akan hal-hal yang baru dan tidak dimengerti, menanyakan nama sebuah tempat ketika kita mengajaknya bepergian. Itu semua adalah spontanitas anak yang merupakan proses belajar yang alami. 

Suasana seperti itu jika mampu di bawa oleh seorang pendidik dalam pembelajaran di sekolah tentunya akan menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan dan berhasil. Seorang pendidik harus mampu melihat anak sebagai seorang subjek yang belajar, bukan objek diam yang siap di isi materi pelajaran. Seorang pendidik harus memaklumi dan tidak memvonis kesalahan yang dibuat oleh seorang anak, karena belajar memang harus berani untuk salah. Bukan hanya harus dan selalu harus benar, karena jika mental seperti itu yang dibangun, hanya akan melahirkan output peserta didik yang serba takut untuk melakukan kesalahan ketika mereka dewasa dan memiliki peran dalam masyarakat. Akhirnya hanya menjadi orang yang mau melakukan sesuatu yang sudah sempurna tanpa kesalahan sama sekali. Sehingga tidak berani untuk melakukan inovasi, kreatifitas dan membuat ide-ide baru. Itu terjadi karena sudah tertanam selama menempuh pendidikan bahwa berbuat salah itu tidak boleh, jika melakukan akan dimarahi dan dihukum.

Kenyataan di lapangan terkadang tidak semudah mengatakan secara teoritis. Kita akan sering menghadapi kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan. Misalnya jumlah siswa yang terlalu banyak di kelas, sikap dan perilaku anak yang cenderung tidak memperhatikan pelajaran, kelas yang gaduh, atau sebaliknya sikap siswa yang pasif juga akan menyulitkan guru untuk menciptakan pembelajaran dengan prinsip siswa sebagai subyek belajar, hal lainnya yang menjadikan hambatan adalah jam belajar dan mengajar yang padat sehingga mempengaruhi tingkat kelelahan guru dan siswa itu sendiri, atau kesibukan guru dalam mengerjakan hal-hal di luar tugas mengajar. Untuk mengatasi semua hambatan itu guru harus berpikir bahwa itu adalah tantangan untuk dapat mengatasinya. Dibutuhkan vitalitas yang tinggi dan tentu juga kesabaran dalam menghadapi semua itu. Jika kita mampu untuk mengatasi hal tsb. maka pembelajaran yang menyenangkan dapat dengan mudah tercipta.

Banyak yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Dimulai dari diri guru itu sendiri yang menyukai ilmu pengetahuan dan kegiatan pembelajaran. Berangkat dari niat yang lurus dan tulus dalam rangka beribadah menyampaikan ilmu. Berangkat dari kesadaran bahwa siswa/i adalah subjek yang berpikir dan belajar. Di bawah ini beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan:

1. Tidak terlalu serius dalam mengajar tetapi mengena, memiliki rasa humor 
2. Membuat siswa memiliki aktivitas berpikir dan bergerak
3. Tidak monoton dalam mengajar hanya berceramah
4. Memanfaatkan berbagai media pembelajaran seperti komputer, infokus, musik,dll.
5. Sesekali membawa siswa belajar di luar kelas
6. Memanfaatkan berbagai sumber belajar tidak hanya buku paket sekolah, tetapi dapat 
juga majalah, surat kabar, internet
7. Penuh perhatian terhadap siswa yang bertanya dan selalu menjawab dengan jujur
8. Tidak memvonis siswa sebagai orang yang bodoh jika melakukan kesalahan
9. Memberikan hukuman yang positip jika ada siswa yang berbuat salah
10.Memberikan apresiasi terhadap siswa yang berprestasi
11.Selalu mengikuti perkembangan berita dan ilmu pengetahuan
12.Bersikap terbuka terhadap siswa yang memiliki pendapat berbeda
13.Menerima saran dan kritik dari siswa
14.Memvariasikan metode, alat, media dan bentuk-bentuk pembelajaran
15.Menyesuaikan beban dan tugas dengan kemampuan siswa

Itulah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga belajar adalah sesuatu yang disukai oleh siapapun yang ingin tumbuh dan berkembang. Bukan hal yang menakutkan dan menjadi beban siswa. 

No comments:

Post a Comment