Saturday, January 14, 2012

Pengetahuan Saja Tidak Cukup

Belajar merupakan perbuatan yang mulia dan bernilai ibadah. Dengan belajar juga kita akan mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dan wawasan. Pada umumnya belajar itu di pendidikan formal mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi. Seluruh biaya, tenaga, waktu dan pikiran kita korbankan untuk kepentingan pendidikan. Kita berharap setelah menyelesaikan pendidikan dapat menjadi orang yang sukses, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Tetapi apa yang diharapkan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Ini terbukti dengan begitu banyaknya sarjana-sarjana yang menganggur setelah selesai menamatkan pendidikan. Lapangan pekerjaan yang sempit dan persaingan dengan sesama pencari kerja lainnya yang begitu ketat membuat frustasi. Padahal mungkin dalam menempuh pendidikan selama ini sudah begitu banyak ilmu pengetahuan yang didapatkan. Lalu mau dikemanakan semua ilmu pengetahuan itu? Padahal setiap ilmu pengetahuan yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawaban di akherat kelak.

Ada dua faktor yang menyebabkan semua ini terjadi. Yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

Penyebab utama dapat disebabkan faktor internal dari pembelajar itu sendiri. Kebanyakan pembelajar terjebak belajar hanya untuk berprestasi, memperoleh nilai, rapot, piagam, nem, piala, IPK yang tinggi, dan simbol-simbol prestasi lainnya. Merekapun belajar dengan giat, membaca, menghafal, dan mengerjakan soal-soal ujian. Akhirnya memperoleh hasil yang memuaskan setelah pengumuman nilai. Tidak ada yang salah dengan hal ini. Tetapi kita sering terjebak dengan kepuasan semu. Setelah memperoleh nilai yang tinggi, kitapun menganggap kewajiban sudah selesai. Padahal semua pengetahuan yang didapatkan itu belumlah bermanfaat sama sekali sebelum kita menerapkan, mengamalkan, atau mengaplikasikannya dalam tindakan, perbuatan, amal yang nyata. Sehingga pengetahuan hanya menjadi pengetahuan saja hingga lulus perguruan tinggi. Ini yang mengakibatkan tidak siapnya para sarjana dalam menghadapi persaingan di dunia sebenarnya. Karena selama belajar hanya mengasah kecerdasan kognitif dan pengetahuan saja. Tanpa menerapkannya dalam tindakan nyata.

Contoh sederhana adalah ketika kita belajar IPA di sekolah tentang perkembangbiakan pada tumbuhan, hanya dengan membaca buku, menghafal dan ujian, atau praktek sederhana di sekolah, itu tidaklah cukup. Seorang pelajar yang kreatif akan mencoba mempraktekkan menanam, mencangkok, stek, okulasi di pekarangan rumahnya, dan hasilnya dapat dilihat secara nyata minimal untuk dirinya sendiri atau dinikmati bersama.


2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar. Dalam hal ini adalah budaya dan sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan tentunya akan ikut menentukan keberhasilan seseorang. Sistem pendidikan yang baik, yang mengukur kesuksesan dari semua sisi dan tidak hanya dari sisi pengetahuan kognitif saja. Tetapi juga sikap dan tindakan atau afektif dan psikomotorik.

Sistem pendidikan di Indonesia nampaknya belum dapat mengukur kesuksesan seorang pembelajar secara utuh. Karena lulus dan tidaknya seseorang masih hanya ditentukan dari ujian nasional yang hanya mengukur kemampuan menjawab soal-soal di kertas. Tidak menilai sisi-sisi kecerdasan lain dari proses seseorang selama menempuh pendidikan.

Harus ada suatu sistem di mana seorang individu dapat dinilai secara utuh dari segala sisi. Tidak hanya kemampuan akademik dan intelektual. Karena manusia adalah makhluk yang memiliki banyak kecerdasan. Dan setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sistem yang mengukur semua kecerdasan, tetapi dapat diujikan secara praktis, efektif dan efisien.

Kesuksesan seseorang tidaklah ditentukan dari sekolah atau tidak sekolah. Tidak berarti orang yang sekolah akan lebih sukses dari orang yang tidak sekolah begitu juga sebaliknya. Bahkan, banyak sekali contoh orang-orang yang tidak menempuh pendidikan secara formal justru jauh lebih sukses, bahagia dan sejahtera. Apa yang menyebabkan itu terjadi? ya, karena mereka terus belajar dan menerapkan dari pengalaman secara langsung dalam tindakannya.

Orang yang mau belajar dan menerapkan apa yang dipelajari, itulah yang akan sukses. Dan belajar itu luas ruang lingkupnya, bisa di masyarakat, sekolah atau rumah dan lain-lain.



No comments:

Post a Comment