Tuesday, July 26, 2011

Keadaan Mendesak

Apa yang membuat orang termotivasi untuk segera melakukan suatu pekerjaan tertentu? Banyak faktor, dan salah satunya adalah masalah waktu. Lebih spesifik lagi adalah waktu yang sudah mendesak.

Saya memiliki sebuah pengalaman berharga, yaitu saat sedang sibuk-sibuknya mengerjakan Tugas Akhir program Studi Diploma. Di saat waktu sidang TA sudah hitungan hari, saya begitu fokus untuk segera menyelesaikannya. Saat itu saya membuat Tugas Akhir sebuah alat elektronik untuk menghidupkan dan mematikan lampu rumah yang dihubungkan ke komputer melalui Port Paralel Printer. Alat tsb. dikendalikan sebuah bahasa pemrograman, sehingga intinya kita dapat menghidupkan dan mematikan lampu dan peralatan listrik lainnya hanya dengan mengklik program di komputer. Ketika waktu sudah sangat mendesak, kira-kira dua hari menjelang sidang TA, alat tsb. belum juga selesai, baru kira-kira 75% saja. Walaupun secara konsep laporan sudah saya kuasai dan selesai. Akhirnya waktu benar-benar saya manfaatkan secara penuh, pagi, siang, sore dan malam. Sehingga pada waktu itu saya hanya tidur sebentar. Padahal seharusnya alat tsb. sudah selesai, sehingga beberapa hari terakhir seharusnya saya hanya mempersiapkan mental untuk presentasi dan demo alat/program.


Dua hari terakhir itu saya benar-benar bekerja ekstra, penuh dan maksimal. Kamar saya berantakan, penuh dengan kabel, timah, komponen-komponen elektronika, bau asap solder. Sehingga teman yang melihat saya pasti akan menganggap saya orang yang sangat rajin dan bekerja keras. Padahal motivasi saya adalah menyelesaikan alat tsb. agar segera dapat digunakan dalam sidang Tugas Akhir saya. Hingga saya ingat saat itu, jam 12 siang saya masih sibuk membentuk sebuah PCB dengan larutan Fericlorid untuk dihubungkan ke lampu dan menata alat menggunakan gabus bekas peralatan elektronik. Padahal jam dua saya harus sudah maju sidang atau pendadaran kami menyebutnya. Sungguh sebuah contoh yang buruk, karena sesungguhnya kalau saya mau mengerjakan dari awal-awal waktu pasti tidak tergesa-gesa seperti itu.

Tetapi yang ingin saya ceritakan di sini adalah dalam waktu yang cukup mendesak itu saya sangat termotivasi. Saya mengerahkan semua kekuatan dan kemampuan saya. Sehingga pada saatnya harus sidang ternyata saya bisa melakukan presentasi dengan cukup baik, dan alat juga dapat berfungsi dengan baik. Dan yang lebih membuat saya bersyukur dan bahagia, ternyata nilai Tugas Akhir saya adalah A. Sungguh terbayar semua kelelahan saya, padahal alat dikerjakan dalam keadaan yang mendesak. Akhirnya saya berpikir, dalam keadaan mendesak saya dapat memanfaatkan waktu dengan sangat efektif dan efisien. Andaikata setiap hari adalah hari yang mendesak, sesungguhnya cukup banyak ilmu, amal atau karya bermanfaat yang dapat saya hasilkan.

Contoh lainnya adalah ketika jiwa kita terancam, misal dikejar oleh sekelompok penjahat, tentu kita akan berlari dengan sangat cepat, bahkan lebih cepat dari kecepatan biasanya. Bahkan jika misalnya kita berlari menuju ke atas sebuah gedung hingga ke bagian atap, lalu keadaan kita terjepit, di belakang gerombolan penjahat telah siap menyergap, di depan kita adalah tepian dari atap gedung. Jika melihat ke bawah, mobil, motor, rumah dan orang-orang terlihat seperti mainan, sangat tinggi. Tentu kita tahu akibatnya jika terjatuh. Lalu kira-kira tiga meter di depan kita ada gedung lainnya, apa yang akan kita lakukan. Dalam keadaan biasa, kita mungkin tidak akan berani melompatinya, karena resiko yang sangat fatal akibatnya, jika tidak berhasil. Tetapi dalam keadaan mendesak, saat di dalam pikiran kita hanya ada satu kata, selamatkan diri. Tentunya secara spontan kita akan melompat dengan segenap tenaga dan kemampuan yang dimiliki menuju gedung sebelah. Karena diam berarti mati. Kita akan berani mengambil resiko melompat.

Apa pelajaran yang dapat diambil dari contoh di atas?

Hal yang paling berbahaya adalah ketika seseorang tidak menyadari bahwa dirinya dalam keadaan bahaya. Dia tenang-tenang saja dalam hidup, bersantai ria, merasa aman, damai dan sejahtera. Tidak berusaha untuk meningkatkan kualitas, kemampuan dan prestasi diri. Padahal sebenarnya setiap hari adalah keadaan yang mendesak, rawan dan berbahaya. Apakah keadaan bahaya itu?

Andaikata kita dapat mengetahui masa depan, misal besok kita akan mati. Atau besok akan terjadi kiamat, apa yang akan kita lakukan? Tentunya setiap menit dan bahkan detik akan kita manfaatkan untuk bertaubat, beristgihfar, beribadah dan membayar semua hutang-hutang kepada sesama manusia. Bahkan kita akan rela melepaskan semua harta kekayaan kita untuk melunasinya, atau untuk diinfakkan, disodaqohkan semuanya. Toh, buat apa semua harta itu. Tidak akan berguna ketika besok kita mati, malah akan menjadi beban hisab di akherat. Namun jika harta itu kita ikhlaskan di jalan Allah, maka ia akan berubah menjadi bentuk deposit amal atau pahala yang bisa meringankan beban hisab kita Insya Allah.

Allah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 1-3 yang artinya:
1.Demi masa. (QS. 103:1)
2.Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (QS. 103:2)
3.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. 103:3)

Nah, menurut Al-qur'an surat Al-Ashr ayat 1 sampai 3 tsb. bahwa kita ini benar-benar berada dalam kerugian setiap harinya. Kecuali jika kita beriman, beramal saleh, dan selalu nasehat menasehati dalam kesabaran.

Jika kita renungkan makna ayat tsb. bahwa kita ini selalu merugi, itu artinya setiap hari adalah hari-hari yang mendesak. Hari-hari yang mendesak untuk beramal saleh, untuk berbuat sesuatu, menghasilkan karya, bermanfaat bagi sesama. Sehingga pada saatnya nanti ketika usia kita semakin tua, setidaknya mengurangi penyesalan akibat banyaknya waktu yang telah kita sia-siakan, yang membuat kita merugi.

Jika suatu keadaan di mana pikiran bawah sadar kita selalu menyadari bahwa setiap hari adalah mendesak, setiap hari kita merugi. Maka, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menunda-nunda untuk beramal dan berkarya dalam hidup di dunia yang hanya sementara ini.

Nah, mumpung sedang bulan suci Ramadhan, merupakan sebuah kesempatan emas bagi kita untuk beramal saleh sebanyak-banyaknya. Semoga kita digolongkan sebagai orang yang bertakwa, dan dimasukkan ke dalam Jannah-Nya. Amin...




4 comments:

  1. the spirit of "kepepet", banyak orang yang memanfaatkan kondisi ini, termasuk yang komen, suka "gedabrusan" alias "gradak-gruduk" dikejar deadline, sementara jauh2 hari sebelumnya...santai2 coiiii... :-t

    ReplyDelete
  2. haha..yaya ..kita seringnya begitu..kepepetlah yang membuat kita tergerak..padahal ga bagus sebenarnya..walaupun hasilnya bagus..tetapi yang dilakukan secara disiplin sedikit sedikit tapi berkelanjutan itu yang lebih mantaapppsss...

    ReplyDelete
  3. yaaaa...betul, the power of kepepet nih luarbiasa energy-nya, banyak ide-ide brilian justru munculnya pada kondisi yang under pressure begini, liat dan coba aja, hehehehe... (provokator)

    ReplyDelete
  4. ya ya ya..asal provokasi yang positip ya..

    ReplyDelete