Tuesday, September 22, 2009

Selepas Ramadhan

Apa indikator dari keberhasilan kita menjalani latihan di bulan Ramadhan? Tentunya peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah S.W.T. Seseorang yang telah melaksanakan latihan satu bulan penuh tentunya diharapkan kemampuannya akan meningkat, bukan malah sebaliknya. Tetapi begitulah keadaan yang kita lihat setiap tahun berulang-ulang. Di bulan suci Ramadhan orang beramai-ramai pergi ke Masjid untuk beribadah. Al-qur’an rajin dibaca hingga khatam dan dikaji. Shalat malam dan shalat-shalat sunnah, dzikir, zakat dan shadaqoh, semuanya begitu terasa. Tetapi apa yang terjadi setelah bulan Ramadhan usai? Atau bahkan pada setengah perjalanan bulan Ramadhan? Dapat kita saksikan sendiri.

Selepas bulan Ramadhan, kepadatan jama’ah shalat wajib, khususnya di waktu Isya kembali normal (walaupun seharusnya tidak hanya di waktu Isya saja), sama seperti arus mudik. Ke mana para sahabat kita yang di bulan suci kemarin bersama-sama menghadiri shalat berjama’ah? Jumlahnya berkurang begitu drastis. Lalu apa hasil dari latihan selama ini? Apakah ini hanya ritual tahunan belaka yang sama saja seperti budaya dan adat-istiadat lainnya? Tentu kita tidak mengharapkan demikian. Ramadhan bukanlah bulan pengekangan sesaat dari hawa nafsu, yang jika telah usai kembali menjadi liar dan merusak. Tetapi Ramadhan adalah sarana pelatihan untuk menghadapi bulan-bulan berikutnya.

Pertarungan sesungguhnya baru akan dimulai selama 11 bulan ke depan. Pertarungan melawan hawa nafsu yang tidak pernah berakhir. Maka, seharusnya kita pertahankan atau bahkan tingkatkan kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah dikerjakan selama bulan suci Ramadhan sehingga terasa hasilnya.

Demikian, semoga tulisan singkat ini cukup bermanfaat untuk memotivasi khususnya pribadi penulis sendiri dan siapapun yang membacanya. Terima kasih, kirim-kirim komentarnya ya di bawah ini…

No comments:

Post a Comment