
Contoh ada sebuah kisah tentang dua orang pekerja. Mereka mulai menjadi pekerja dalam waktu tempat yang sama. Ya, pekerjaan mereka sama-sama sebagai buruh bangunan, tetapi cara berpikirlah yang membedakan. Orang ke-1 berpikir bahwa saya hanya bekerja membangun gedung, rumah atau kantor ini lalu saya di bayar sekian perhari. Ia tidak bersedia memberikan sesuatu yang lebih di luar pekerjaan dan tanggung jawabnya. Sedangkan orang ke-2 berpikir saya bekerja dengan ikhlas karena Allah, semoga pekerjaan saya bermanfaat bagi orang lain. Orang ke-1 tidak mempedulikan lingkungan dan hubungan dengan orang lain. Sedangkan orang ke-2 bekerja dengan kecerdasan emosional dan spiritualnya sehingga tanggap dengan lingkungan dan hubungan dengan orang lain. Terkadang, ia berdialog dengan majikannya menjelaskan material yang baik untuk bahan bangunan, tentang harga, dll. Ia juga bersikap ramah, teliti, jujur, tekun dan bertanggung jawab. Ia tidak berpikir tentang pekerjaan dan gaji, yang dipikirkannya adalah bagaimana melayani dengan baik, memberikan hasil terbaik. Seiring berjalannya waktu, ia telah membangun kepercayaan kepada orang banyak. Dan ini sudah menjadi modal besar baginya yang hanya seorang buruh bangunan. Mulailah ia dipercaya menjadi bos bagi para pekerja lainnya. Sehingga tugasnya kini adalah mencari sumber material terbaik dengan harga minimal. Karena ia memang paham akan hal itu berkat kepeduliannya. Singkat kata, setelah 10 tahun berlalu, ia kini menjadi seorang kontraktor sukses. Sedangkan temannya yang dahulu sama-sama bekerja dengan dirinya masih juga bekerja menyusun bata demi bata. Saya tidak bermaksud mengatakan pekerjaan sama yang ditekuni bertahun-tahun itu buruk. Tetapi saya melihatnya dari tingkat percepatan orang dalam mencapai kesejahteraan. Yaitu orang yang bekerja keras dengan cerdas.
Mari kita periksa diri kita sendiri. Sudahkah kita bekerja keras dengan cerdas? Atau selama ini hanya bekerja keras saja? Bekerja keras hanya akan menghasilkan sesuatu yang linear, konstan dan tetap. Namanya juga pekerjaan tetap, yah tetap seperti itu saja selamanya. Lihat diri kita 10 tahun yang lalu dengan saat ini, adakah perubahan? Jika tidak ada maka saatnya kita instrospeksi diri.
Tulisan ini sebagai motivasi untuk penulis sendiri yang masih belajar dan semoga menjadi bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Martha Yoga
mr.hyogx@gmail.com
No comments:
Post a Comment